Senin, 14 Oktober 2013

Hilang



Yogyakarta, 11 September 2013

Aku tidak pernah menyangka bisa secepat ini kehilangan dirinya. Mungkin takdir mempunyai ceritanya sendiri yang berbeda dengan cerita yang pernah aku rangkai manis bersama dia. Entah, ada saja yang selalu bisa membuatku merindukan dia, seperti kamera DSLR yang menggantung di leherku ini. Aku tak pernah menyangka kesenangannya, kegemarannya yang membuat kami terpisah. Menjauh dan berjarak. Ya, dia selalu seperti itu. Dia terlalu sibuk dengan dunianya, dia lupa jika dia harus menyelesaikan kewajiban kuliahnya. Aku tahu, dia mempunyai banyak impian besar yang sebenarnya dapat menghancurkan realita kehidupannya. Dia terlalu asik dengan rencana dan angan-angannya, hingga lupa menyertakan aku di dalamnya. Harusnya, sekarang ia menjadi laki-laki yang dapat menetukan kehidupan masa depannya. Denganku.

Aku selalu membanggakan dirinya, bagaimanapun pandangan orang lain terhadap dia. Dia laki-laki yang cerdas, yang supel, yang mempunyai banyak koneksi pertemanan. Dia laki-laki yang keras kepala, tak mau diatur, dia percaya pilihan dirinya adalah pilihan yang terbaik.

Aku mencintainya sungguh. Sejak aku mengenalnya di bangku SMA dulu, hingga kini. Rasa ini masih tetap sama, tak pernah mau pergi. Bagaimana bisa aku dapat melupakan kami yang selalu bersama, kami yang berkisah enam tahun lamanya.
           
 Mungkin dulu kami adalah sepasang ABG yang bodoh dan ceroboh. Bermain dalam rasa, memilih terhanyut dalam pusarannya, menolak untuk menyelamatkan diri. Aku bisa menerima dia yang terkadang posesif, dia yang aktif, dia yang selalu melanggar aturan sekolah, dia yang selalu menjadi topik hangat pembicaraan para guru. Sedangkan aku yang bertolak belakang dengan dirinya. Aku yang pemalu, aku yang penakut, aku yang rajin dan disiplin, walaupun begitu dirinya tetap saja lebih mudah menerima pelajaran daripada aku.  Namun, kami bisa berjalan beriringan, meskipun banyak yang tidak mempercayainya.
     
Aku mencintainya, terlalu mencintainya. Hingga aku suatu waktu pernah bertekad untuk melepaskannya dari kehidupanku. Aku hanya tidak ingin dia menjadi candu yang terlalu untukku. Seiring berjalannya waktu, rasa itu semakin lekat dan pekat. Mencoba untuk mengurangi takaran rasa yang aku berikan padanya, namun tak pernah bisa. Takaran itu selalu bertambah dengan sendirinya, setiap harinya. Sekuat aku mencoba, aku tak mampu.  Tak terlalu mampu. Aku menyerah kalah, terlalu banyak dia di dalam otakku.
Kini aku tak tahu lagi di mana keberadaannya. Dia mempunyai dunia yang luas untuk dia jelajahi, dan aku tak lagi mampu untuk berada di dalamnya.
    
Meskipun keputusan kami sudah bulat ada rasa yang selalu meronta, hanya sekedar ingin mendengar suaranya dari ujung telepon yang biasanya menemaniku hingga larut, atau pagi hari ketika mataku masih terpejam. Atau ingin melihat wajahnya dari dekat, memerhatikan senyumnya, dan obrolannya yang tak pernah habis. Atau mungkin merindukan rasa yang berharap ketika mendengar  suara ketukan pintu dari luar dan dirinya sudah berada di sana dengan dua buah es krim di tangannya. Atau bahkan merindukan omelan darinya ketika aku berusaha menyembunyikan sekotak rokok yang aku ambil dari ranselnya. Atau aku merindukan tangannya yang tak pernah luput merapikan helai poniku yang berantakan tertiup angin sebelum dia membidikku lewat kameranya. Entahlah, mana yang lebih aku rindukan, yang jelas aku merindukan kehadirannya. Aku terlalu banyak merindukan dirinya. Terlalu banyak berharap, bahwa waktu hanya bercanda. Bahwa waktu akan mengembalikan kami seperti semula, mengembalikan kami menjadi siswa SMA yang masih terlalu naif hanya untuk mengartikan rasa. 

Aku selalu berharap, menitip doa untukmu. Kembalilah,tata masa depanmu bersamaku. Kembalilah, yakinkan kedua orang tuaku, bahwa aku tak pernah salah pada pilihanku mempertahankanmu. Kembalilah, bicarakan lagi. Aku ingin denganmu, aku menunggumu. Perjuangkan kita yang dulu, maukah kamu?



Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML