Minggu, 06 Oktober 2013

Mana aku tahu?





Aku rindu sapaan yang selalu terucap darinya. Sapaan hangat yang selalu membuat bibir ku ini tersenyum. Aku merindukan semuanya. Semua yang pernah dilakukan dia untuk aku, dulu. Entah, sejak kapan kami menjadi dua orang asing yang tak pernah mengenal satu sama lain.
            Dia sedang duduk di sudut kelas. Meletakkan kepalanya di atas meja dan masih asik mendengarkan lagu lewat earphone-nya. Aku hanya melihatnya sekilas dengan mencondongkan tubuhku ke samping lalu aku kembali pada posisi ku semula.

            Semuanya tak pernah lagi sama. Walaupun dia masih berada di sekitarku. Walaupun dia masih berbicara kepadaku, meskipun tak ada pembicaraan penting seperti dulu. Mata hitam itu tak pernah lagi menatapku lekat.
            Aku mengembuskan napas. Aku merindukan dirinya. Bibirnya yang selalu tersenyum untukku, matanya yang selalu menatap lekat mataku ketika kami bercerita tentang apa saja berdua, suaranya yang selalu memenuhi lorong-lorong telingaku dengan candanya, dengan tawanya yang tak pernah bisa berhenti dalam hitungan menit. Tangannya yang terkadang mengacak lembut rambutku, membuat helai helai rambutku mencuat hingga aku selalu mencubit lengannya gemas. Ah, dan lengan itu, lengan yang pernah mendekapku spontan ketika aku merasa sedih. Lalu dalam hitungan detik ia melepaskan dekapannya, dan menepuk-nepuk pelan pundakku, memberikan semangat dengan cengirannya yang tak pernah ketinggalan. Sementara aku yang selalu tergegap atas perlakuannya itu.
            Mungkin dia tak pernah tahu, aku selalu menyiapkan tempat untuknya di sini. Hatiku. Dia yang tak pernah tahu, aku selalu memikirkannya setiap saat tak mengenal waktu. Dia tak pernah tahu, aku sering memimpikannya. Bermimpi bahwa kami telah terikat, bersama. Bermimpi keadaan kembali seperti dulu.
            Kami mungkin sama-sama angkuh. Sama-sama bermain dalam zona pertemanan. Dalam zona persahabatan. Hingga semuanya menjadi retak, patah, menjauh ketika aku tak bisa menyingkirkan egoku. Ketika kami lebih mementingkan perasaan masing-masing.
            Bagaimana bisa, aku membiarkan dia memilih perempuan itu. Sedangkan waktu luangnya, dia bagi untukku. Bagaiamana bisa, aku membiarkan telinga ini mendengar cerita-ceritanya tentang perempuan itu. Perempuan yang ternyata telah dekat dengannya, jauh sebelum kami saling mengenal. Perempuan yang masih dia pertahankan hingga saat ini, padahal dia sudah bermain dengan banyak lelaki di belakangnya.
            Aku yang terlalu bodoh, atau dia yang lihai mengelabuhiku. Hingga dia masuk dengan mudahnya dalam kehidupanku tanpa aku beri sekat. Tanpa aku tahu kehidupannya terlebih dahulu yang ternyata sudah terisi dengan perempuan itu.
            Mana aku tahu jika aku ternyata jatuh cinta dengan dia. Maaf, aku tak sengaja, aku tak pernah merencanakannya ketika kami pertama kali mengenal. Mana aku tahu, jika ternyata aku salah menilainya, hingga dia mempuanyai skor tertinggi dimataku dari laki-laki lain. Mana aku tahu, jika dia menjalin hubungan lagi dengan perempuan itu, padahal dia sudah mengatakan bahwa dirinya sudah memutuskan perempuan itu. Mana aku tahu? Jika pesan singkat berisi ucapan selamat ulang tahun dariku untukmu malam itu, membuat perempuanmu itu marah-marah kepadaku melalui pesan singkat yang berisi ucapan selamat kepadaku, karena ternyata aku orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Mana aku tahu? Jika itu adalah akhir dari segala hubungan pertemanan kami.
            Aku yang menyalahkan diriku sendiri untuk semuanya yang terjadi di antara kami. Aku yang menyalahkan diriku sendiri karena telah lancang melampaui garis batas persahabatan kami. Aku yang selalu menyalahkan diriku sendiri. Karena aku, tak bisa bertahan lebih lama untuknya. Aku yang sudah membangun benteng kokoh di antara kami hingga aku kehilangan sapanya. Aku yang selalu menyalahkan diriku sendiri, karena tak mempunyai cukup nyali berjalan ke belakang untuk memperbaiki semuanya. Ya, semuanya.
           



Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML