Minggu, 14 Agustus 2016

Masih Kau

Menurutmu, mana yang lebih pahit? Kopi tanpa gula atau secangkir kenangan? Mungkin pahitnya kopi tak sampai menyesakkan dadamu, hanya lidahmu yang merasakan getir tapi hatimu tidak.

Ini sudah satu tahun, dan kamu belum bisa lepas dari segala ingatan yang bersarang di setiap sel otakku.
Entah jika dijadikan sebuah buku, sudah berapa seri yang aku ciptakan tenang perdebatan sengit antara aku dan diriku, merelakanmu atau tetap mengenangmu. Bahkan sampai saat ini, perdebatan itu belum usai dalam kepalaku.
Aku sedang berusaha membiasakan diri tanpa kamu. Tanpa adanya kita.

Tapi ke manapun aku pergi, yang aku lihat adalah kamu. Siapapun menjelma sebagai kamu di mataku. Di jalanan sepi, kursi kosong dalam bioskop, di depan pintu kamarku, dalam lorong kampus. Kamu di mana mana atau aku yang terlalu buta, yang tak bisa melihat siapapun selain kamu. Aku bisa merasakan kamu tanpa perlu kehadiranmu.

Aku terus mencoba, Ken. Beberapa  kali aku berkencan dengan laki laki lain, yang aku rasakan hanyalah kehadiranmu. Yang aku tatap tetap matamu dengan dua alis yang memanjang sempurna.

Bahkan film bioskop penuh adegan perkelahian kalah dengan bayangmu yang seseskali berkelebat mencuri perhatian. Dan yang kutemukan hanyalah bahu laki laki lain di sampingku, bukan kamu.

Harusnya kamu tak percaya padaku waktu itu, aku banyak berbohong tentang kita. Tentang aku yang menyuruhmu untuk mengakhiri segalanya. Aku yang seolah memaksamu untuk berhenti mencintaiku.

Kamu terdiam waktu itu. Lalu perlahan mundur dan berbalik badan tanpa mengucapkan selamat tinggal.

Kamu block semua akun sosial mediaku, dan entah apa yang tersisa tentang aku di otakmu. Atau bahkan mungkin tidak ada.

Hari ini, hari lahirmu. Dan aku belum mengucapkan apa apa untukmu, tapi sudah ku layangkan doaku kepada Tuhan, agar kau selalu baik baik saja. Karena jika kau bersedih, pelukku bukan milikmu lagi, maka aku harap kamu tetap menjadi hamba yang paling taat agar kebahagiaan dapat memelukmu lebih lama.

Aku tidak tahu harus menghubungimu
lewat mana. Mustahil jika tiba tiba aku menelfonmu.
Mungkin harusnya aku tak perlu terlalu begini, kamu pun tak hadir dalam sebuah ucapan pada ulang tahunku yang ke 20.

Ken, siapa yang mengucapkan selamat pada usiamu yang genap 25 tahun ini? Sudah adakah yang menyiapkan kejutan seperti aku dulu?
Sudah adakah yang menghias kamarmu penuh dengan balon dan lampu lampu?
Sudah adakah roti beserta lilin yang kamu tiup lalu kau potong?
Sudah adakah yang menyiapkanmu sebuah makan malam dengan dua balon terikat di masing masing kursi?
Sudah adakah seseorang yang mengecup keningmu?

Maaf.
Aku rasa aku tak perlu menanyaimu sejauh itu, yang aku mau, kamu akan terus baik-baik saja tanpa aku.
Ken, selamat ulang tahun.

Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML