tag:blogger.com,1999:blog-71198669147646385132024-03-19T05:58:06.938-07:00VANILLA LATTEberbincanglah di sini, ceritakan semua yang melekat dan tentang rasa yang tersisa. Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.comBlogger57125tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-78532854331133970282021-01-04T05:41:00.003-08:002021-01-04T05:41:40.462-08:00Bianglala<p style="text-align: center;"><i>Kau adalah bianglala,</i></p><p style="text-align: center;"><i>permen gulali warna-warni,</i></p><p style="text-align: center;"><i><span> </span>lagu pesta di lantai dansa,</i></p><p style="text-align: center;"><i>tarian-tarian festival seni,</i></p><p style="text-align: center;"><i>meriahnya letusan kembang api,</i></p><p style="text-align: center;"><i>dan segala rupa kegembiaraan,</i></p><p style="text-align: center;"><i> yang tak pernah aku duga.</i></p><p><i><br /></i></p><p style="text-align: justify;">Ini tentang kamu, yang belakangan tiba-tiba jadi rajin membaca tulisan-tulisan di sini padahal sudah lama. Kepada laki-laki yang nggak mau buncit tapi melarang perempuannya untuk diet. Kepada laki-laki yang tiba-tiba suka memeluk dari segala arah<i>, </i>ngga peduli perempuannya sedang sibuk cuci piring atau bekerja. Kepada laki-laki yang rela menghentikan game favoritnya demi melihat wajah tiga dimensi perempuannya yang sedang mau dimanja. Kepada laki-laki yang nggak pernah marah atau ngomong dengan nada tinggi padahal pernah tersesat 25.5 kilometer jauhnya dari Jakarta karena harus nyasar ke Bekasi. Kepada laki-laki yang mengarungi kesabaran ketika perempuannya sedang pada mode komputer pentium lima. Kepada laki-laki yang rela menempuh perjalanan Jakarta-Tangerang pada dini hari karena hanya ingin menemui perempuannya. Kepada laki-laki yang selalu berupaya dan memberikan terbaik yang ia punya, aku berterima kasih.</p><p style="text-align: justify;">Walaupun kamu terlambat hampir satu jam menjemput aku di bandara waktu itu, walaupun kamu menyatakan cinta pertama kali di ambang pintu kamar dengan mengikat tali sepatu, walaupun kadang kamu cemburunya minta ampun kalau aku dekat dengan teman pria, walaupun kadang bikin bingung soal makanan karena kamu nggak suka ikan dan kurang suka sayur, walaupun kamu suka kebanyakan minta maaf padahal sudah memberi lebih. </p><p style="text-align: justify;">Sayang, aku mau masukin kamu di blog ini sebagai tanda kalau kamu bagian dari hidup aku. Biar kalau blog ini ada yang iseng baca, mereka tau, penulis yang kebanyakan punya cerita-cerita menyedihkan di sini, sedang bahagia-bahagianya ngejalanin hubungan sama kamu. Perempuan yang pernah meyakini, kalau akan ada yang menghargai, mencintai, menjaga, dan memperlakukan aku dengan baik. Dan itu ternyata kamu. </p><p style="text-align: justify;">dan semoga terus kamu. </p><p style="text-align: justify;">Tuhan, boleh ya sama dia?</p><p style="text-align: justify;">walaupun bakal diketawain sama Tuhan katanya nggak mau sama yang sekantor dan seumuran apalagi brondong.</p><p style="text-align: justify;">hehe.</p><p style="text-align: justify;">aminin nggak? </p><p><br /></p><p style="text-align: center;"><br /></p>Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-28317164979285041342018-02-09T10:13:00.003-08:002018-02-09T10:13:47.981-08:00Entah ini apa<div style="text-align: center;">
<i>"Ada satu kotak dalam kepalaku, yang menyimpan lagu-lagu favoritmu. Juga, hal-hal yang kau sukai, dan segalanya tentang kamu. Aku tidak tahu, kenapa aku harus menyimpannya dalam kotak ingatan, mungkin karena kamu orangnya. Atau mungkin saja, kau sebaiknya ada di ingatan, bukan pada kenyataan."</i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku tahu ini berat,
atau mungkin tidak akan berat jika aku tidak memikirkannya sejauh ini. Tidak
akan berat, jika aku tidak mempedulikan perasaanmu bagaimana nanti. Tidak akan
berat, jika aku pura-pura tidak tahu bagaimana kamu terhadap aku. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku tidak ingin
membelenggumu dalam tawa dan perbincangan yang menyenangkan setiap hari. Aku
tidak ingin kau mengikat sesuatu kepada hal yang tak ingin terikat. Aku tidak
ingin mematahkan kamu ketika perasaan itu tumbuh semakin kuat setiap waktu yang
kita lalui bersama. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jika aku ingin
memberi makan egoku, aku bisa memintamu untuk melakukan apapun yang aku mau.
Jika aku memberi makan egoku, aku akan terus menghubungimu untuk mengisi waktu
kosongku. Jika aku memberi makan egoku, aku akan membelenggumu untuk selalu ada
untuk aku. Jika aku memberi makan egoku, aku tidak akan keberatan pada semua
hal-hal mengejutkan yang kadang kau lakukan kepadaku. Tapi aku menyayangimu
sebagai manusia yang punya hati dan perasaan. Aku menyanyangimu dan peduli,
maka aku harus berhenti untuk tidak berada di dekatmu lagi. Karena ketika kau
melakukan apa saja, hati aku belum siap menerima, dan aku tidak bisa
menjanjikan apa-apa. <o:p></o:p></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-85375223490453435892017-11-24T01:03:00.000-08:002017-11-24T02:28:50.732-08:00Ambisi <br />
<div style="text-align: center;">
<i>"Terlalu pengen, terlalu ambisi untuk mendapatkan sesuatu membuat kita lupa, sebenarnya manusia tugasnya cuma berusaha dan bertawakal. Tapi ketika kita tidak memiliki ambisi, kita tidak akan merasa kalah dan tertinggal daripada orang lain"</i></div>
<i><br /></i>
Baru aja saya nonton videonya Gita Savitri tentang opininya yang berjudul cita-cita. Lalu setelah menonton itu semua, saya tersenyum. Akhirnya, ada yang menyuarakan pendapat saya. Akhirnya saya menemukan orang yang sepemikiran sama dengan saya setelah saya merasa tersisih dari pendapat pendapat yang menyudutkan jawaban saya ketika ditanyai cita-cita.<br />
<br />
Saya, tipikal orang yang tidak tahu saya mau jadi apa, besok harus kerja di mana atau semacamnya. Serius. Saya bukan orang yang visioner, yang penuh dengan ambisi dan berbagai planning untuk mewujudkan itu. Awalnya saya khawatir melihat beberapa teman, dan orang terdekat sudah merencanakan hidupnya. Yang tau sepuluh tahun lagi akan jadi apa. Yang telah menyiapkan planning A sampai Z.<br />
<br />
Saya salut dengan orang-orang visioner yang berani dengan segala ambisinya, yang tahu mau dibawa ke mana arah hidupnya. Dibanding saya, yang hanya menjalani apa yang ada. Ada yang bilang,<br />
<br />
"Hidup tuh jangan mengalir kayak air, kamu nggak punya pegangan,"<br />
<br />
"Cuma ikan mati aja yang berenang ikut arus,"<br />
<br />
atau yang lebih parah lagi,<br />
<br />
"Tai dong, mengalir di air."<br />
<br />
Emang salah ya? kalau saya menjalani hidup saya dengan seperti itu? Sejauh saya tidak melenceng dari aturan, sejauh saya berikhtiar dan berusaha sebaik mungkin hari ini. Karena yang menjadi pegangan saya sampai detik ini adalah,<br />
<br />
"Ketika kamu melakukan yang terbaik, Tuhan akan memberikan hal yang paling baik pula,"<br />
<br />
Ketika saya selalu berusaha, bekerja keras meskipun saya nggak tahu di ujung perjalanan saya akan menjadi apa, saya percaya, Tuhan akan mengarahkan saya ke tempat yang benar, tempat yang layak atas segala usaha saya.<br />
<br />
Ibarat air, saya akan diberi muara yang bersih. Bukan kubangan, atau sungai kotor.<br />
<br />
Saya berada di titik ini, menjadi mahasiswa Komunkasi Undip sejujurnya bukan keinganan saya. Bukan cita-cita saya. Entah, jika menoleh ke belakang, catatan perjalanan saya itu tanpa saya rencanakan. Saya tidak berekspektasi akan masuk SMP favorit, saya tidak berekspektasi masuk SMA RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional), dan saya tidak berkespektasi akan masuk Komunikasi Undip, dapat bersaing dengan puluhan ribu orang di luar sana, dan mendapatkan dengan jalur undangan.<br />
<br />
Meskipun saya menjalani apa yang bukan rencana dan keinginan saya, saya merasa saya selalu berada di jalan yang tepat, karena saya bisa menikmatinya. Kini, saya sangat bersyukur dan dapat menikmati status saya sebagai mahasiswa Komunikasi.<br />
<br />
Demi Allah, saya tidak pernah merencanakan setiap pencapaian-pencapaian saya. Seperti yang Gita bilang, ketika kita tidak memiliki ekspektasi dan ambisi, kita tidak akan merasa ketinggalan dengan orang lain. Kita tidak akan membanding-bandingkan dengan pencapaian orang lain dan kecewa karena sebelumnya kita tidak berkespektasi apa-apa. Yang ada, ketika kita berada di titik itu, hati kita akan dipenuhi rasa syukur teramat sangat.<br />
<br />
Saya tahu, orang yang memiliki ambisi itu tidak buruk. Bagus karena mereka memiliki semangat dan motivasi yang tinggi. Tapi saya tahu betul, lelahnya menjadi orang yang memiliki ambisi tinggi ketika apa yang dicapai tidak sesuai ekspektasi.<br />
<br />
Karena saya dekat dengan orang orang tesebut.<br />
<br />
Saya ingat, ketika jawaban saya ditertawakan oleh orang yang pernah paling dekat dengan saya, dulu. Ketika ia menyalahkan prinsip saya. Ketika ia tidak membenarkan pilihan saya menjalani hidup. Ketika baginya, hidup itu harus terencana.<br />
<br />
Dan saya masih ingat, saya melihat dia sangat terpukul sampai harus memeluknya, melihat ia menangis di depan saya, melihat segala keputusasaan dirinya, karena hasil yang ia terima tidak sesuai ekspektasi.<br />
<br />
Ya, jadi begitulah. Tidak apa-apa sebenarnya, jika kamu tidak tahu mau jadi apa kelak. Tapi kamu sebenarnya harus tau, kamu dilahirkan di dunia ini untuk apa.<br />
Karena setidak tahunya saya akan jadi apa kelak, saya punya keinginan untuk berbagi ilmu dengan anak-anak yang tidak seberuntung saya. Berbagi apa-apa yang saya punya, untuk memperbaiki kehidupan ini.<br />
<br />
Memang, kata Gita, impian seperti itu terlalu abstrak, dan nggak realistis. Tapi, jangan lupa, Tuhan Insha Allah akan selalu memberikan jalan, seabstrak apapun keinginan dan cita-cita kita, selama itu baik.<br />
<br />
Jangan takut miskin atau kekurangan, karena kita punya Tuhan yang menjamin hidup kita. Balik lagi, ketika kita melakukan yang terbaik, Tuhan akan memberikan hal yang paling baik.<br />
\Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-58655314500272801682017-10-11T01:45:00.001-07:002017-10-11T01:45:37.777-07:00Terlambat<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px;">
<div class="m_5680347715833191578p1">
<div style="text-align: center;">
<span class="m_5680347715833191578s1"><i> <b>Ada saatnya semesta menyadarkan kita, ia adil dalam memberikan luka. </b></i></span></div>
<br />
<br />
<span class="m_5680347715833191578s1">"Keyla?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><br /></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Dia menoleh sambil membenarkan barang belanjaan yang memenuhi tangannya. </span><span style="font-size: 12.8px;">Kedua matanya membesar, mungkin kaget melihat laki laki di hadapannya kini.</span><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space" style="font-size: 12.8px;"> </span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span style="font-size: 12.8px;"><br /></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span style="font-size: 12.8px;">Aku tersenyum, meski ia terlihat canggung.</span><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space" style="font-size: 12.8px;"> </span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><br /></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Gerry? Sama siapa?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><br /></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Lalu kami menyusuri jalanan malioboro yang tak pernah sepi oleh pejalan kaki. Ia lebih banyak diam, dan aku dengan ketololanku masih bingung mencari obrolan cocok untuk mencairkan suasana, meski banyak tanda tanya yang menggantung di kepala.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"><br /></span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Kerja di mana sekarang Key?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><br /></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Di agency advertising Jakarta, kamu sendiri?</span><span style="font-size: 12.8px;">"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span style="font-size: 12.8px;"><br /></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Coba tebak?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><br /></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Apa? Kontraktor? Juragan minyak?"<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"><br /></span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku tertawa. Dia tertawa.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"><br /></span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Aku jadi wartawan foto sekarang" aku menunjukkan beberapa hasil fotoku lewat kamera dslr yang sedari tadi menggantung di leherku. Ia menggangguk, dan mengamati sebentar.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"><br /></span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Seperti langit dan bumi. Kami jauh berbeda. Aku yang suka berpetulang, dan dia bukan orang lapangan.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"><br /></span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Jadi, kamu udah keliling Indonesia dong? Secara kamu kerja di media travelling?"<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku tersenyum, "yaa bisa dibilang begitu, tahun lalu aku sempat ke Belanda ada tawaran kerja di sana."<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Belanda. Tempat yang ia impikan dulu. Masa yang pernah ada dan masih ku ingat hingga kini. Aku tahu, ia sangat tertarik obrolan ini. Ia melongo, takjub melihatku.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Wow, enak banget. Aku belum kesampaian ke sana. Asyik ya jadi kamu,"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku terdiam. Mencari cari apa asyiknya jadi aku. Berkelana, melihat dunia, tapi setelahnya, aku tak tahu harus pulang ke mana.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Hmm mama kamu gimana? Baik?" tanyanya lagi.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><br /></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku hanya bisa menghela napas,<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span><span style="font-size: 12.8px;">"InshaAllah baik Key, dijaga Tuhan di surga"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Langkah Keyla terhenti. Lalu menghadap aku, matanya berkaca-kaca,</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Aku minta maaf Ger, aku gatau kabar itu. Turut berduka cita ya," Ia mengelus pundakku.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Rasanya aku ingin luluh dalam rengkuhnya detik itu juga. Ingin kembali ke lima tahun yang lalu saat peluknya masih ada untukku.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1"><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"><br /></span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Seandainya bisa, aku ingin memperbaiki semuanya, aku adalah laki laki pengecut yang menorehkan luka pada Keyla. Aku yang meninggalkan dia, aku yang pergi tak ingin ditemui.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span><br />
<span class="m_5680347715833191578s1"><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space">Tapi setelah aku berhasil lepas kemudian mencari, tak kutemukan perempuan yang lebih baik lagi. </span></span><br />
<span class="m_5680347715833191578s1"><span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"><br /></span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Dan malam ini, sepertinya semesta sedang kompak berkolaborasi dengan hati. Setelah puluhan tempat aku singgahi, tapi di sini, aku menemukan dia lagi, di kota aku dan Keyla pertama kali dipertemukan. Tapi apakah semuanya bisa aku perbaiki?<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Hotel kamu masih jauh? Mau naik becak aja?"<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Enggak usah, aku lebih suka jalan kaki," sahut Keyla di sampingku.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Tubuhnya yang mungil, matanya yang besar, senyumnya yang lebar, ini adalah perempuan yang pernah mencintaiku begitu sabar dengan segala kekurangan yang aku miliki. Tapi, pantaskah aku meminta kembali?<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Key?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Ya?" Ia mendongak melihatku</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Maafin aku yang dulu ya," suaraku lirih</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Udah, lupain aja, bukannya semuanya nggak bisa dipaksa?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku tersenyum.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Aku jahat banget sama kamu dulu."</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Emang," dia tertawa</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku semakin mati kutu. Ingin menampar diriku sendiri berkali kali detik ini.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Key?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Sebelum menjawab <i>handphone </i>Keyla bergetar, ia mengambil dua langkah di depanku, lalu bercakap terburu dengan orang diseberang telepon. Lalu Keyla menghampiriku setelah menyelesaikan obrolannya.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Yuk, hotelku di gang ini. Kamu mau ke mana?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Nganterin kamu dulu aja"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku lihat pipinya bersemu merah. Wajahnya yang salah tingkah selalu bisa ku tebak karena sedari dulu tak pernah berubah.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Key?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Ya?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Maafin aku ya?"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Iya Ger, gimana sama perempuan itu dulu? Yang pernah menggantikan aku?"<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku terdiam. Menggeleng. Dasar laki laki brengsek. Dan sejujurnya, aku tidak pernah mencintai perempuan lain sebaik aku mencintai Keyla meski aku pernah mendua.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Key, tidak ada yang pernah menggantikan kamu. Tidak ada yang pernah mencintaiku sebesar dan sesabar kamu.Tidak ada aku lagi yang mencintai perempuan lain, sebanyak aku mencintaimu, dulu. </span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku larut dalam pikiranku sendiri, semuanya berkecamuk jadi satu.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Sampai Ger. Makasih ya udah mau nganterin."<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Ah cepat sekali, aku ingin jalanan malioboro lebih panjang 10 kali lipat daripada ini. Aku mengangguk.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Kami sama sama canggung lagi dengan perpisahan kali ini. Terlalu banyak yang ingin ku katakan.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku ingin kembali menebus kesalahanku. Aku ingin mengatakan aku menyayanginya.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Hai"<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku tersentak. Tiba tiba ada laki laki datang menghampiri kami lalu merangkul Keyla.<span class="m_5680347715833191578Apple-converted-space"> </span></span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Kenalin, ini temen aku, Gerry"</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku menyambut uluran tangannya. Aku terkesiap.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Ger, ini tunanganku."</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Sekejap kebisingan malioboro hening seketika. Semuanya beku, aku mematung. Napasku seperti terhenti.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Seminggu lagi kami menikah, kalau kamu bersedia, undangannya aku kirim ke rumah kamu," Keyla tersenyum. Senyumnya tak lagj manis.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Aku menelan ludah. Ku anggukan kepalaku dengan susah payah. Otakku seperti tak ingin bekerja. Semua berceceran karena baru saja meledak.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">"Yaudah. Makasih Ger.aku ditunggu keluargaku di kamar."</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p2">
<span class="m_5680347715833191578s1"></span><br /></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Tunangannya tersenyum ke arahku.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Mereka berbalik badan masuk ke hotel tempat mereka menginap.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Dan kakiku</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Terpaku.</span></div>
<div class="m_5680347715833191578p1">
<span class="m_5680347715833191578s1">Dunia menertawakanku.</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px;">
<br /></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-19644538697604175662017-10-09T23:19:00.000-07:002017-10-09T23:19:09.094-07:00Selamat, tampanBeraninya kamu,<br />
<br />
Merindukan aku<br />
<br />
Tapi<br />
<br />
Bibirmu masih mengecup keningnya<br />
<br />
Sepasang lenganmu<br />
<br />
masih memeluknya<br />
<br />
Beraninya kamu,<br />
<br />
diam-diam memperhatikanku<br />
<br />
di saat dia sedang gelisah menunggu kabarmu<br />
<br />
Selamat tampan,<br />
<br />
Kau sedang mencetak rekor terburukmuVanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-74100231662603538832017-09-22T02:17:00.002-07:002017-09-22T02:17:53.378-07:00Sederhana?"Nduk, jadilah pribadi yang sederhana,"<br />
<br />
Mama selalu bilang seperti itu ketika saya terkadang menginginkan banyak hal yang harus dibeli. Apalagi jika saya mengenakan cat kuku, mama selalu berucap,<br />
<br />
"Nduk, kamu nggak usah pake kayak gitu udah cantik."<br />
<br />
"Tapi ma aku tuh lagi pengen aja..."<br />
<br />
"Cowok nggak mau kalau kamu terlalu berlebihan."<br />
<br />
Emang pake cat kuku berlebihan ya? Ah, saya sudah pernah menuruti kata mama waktu itu. Mungkin menantu idaman mama adalah seperti dia yang belum bisa saya taklukan hatinya, kesahajaannya, kesederhanannya yang bisa membuat semua perempuan kehilangan napas dalam satu kali tatap. Tapi dia di mana ya sekarang? Mungkin sudah ada perempuan yang kedewasaannya dan ketaatannya pada agama yang sudah dia mantapkan untuk dinikahi. Hahaha.<br />
<br />
Saya pernah pada suatu ketika semester satu. Ketika masih gencar-gencarnya mau ngegebet senior, ketika ke kampus sering pakai kemeja dan naudzubillah rapi banget sebelum semester tua cuma pake sweater abu-abu yang udah belel.<br />
<br />
Guys, saya ke kampus waktu itu selalu pakai maskara, dan eyeliner jadi cat eye dikit gitu kan. Pakai hand bag sebelum pake tas ransel kayak sekarang karena harus bawa laptop ke mana-mana.<br />
<br />
Udah deh, waktu itu saya menjelma menjadi maba yang masih semangat-semangatnya kalau soal penampilan.<br />
<br />
Dan jeng-jeng tiba tiba muncullah wejengan mama soal perempuan sederhana.<br />
Ehem, waktu itu saya lagi naksir seseorang juga.<br />
Mulailah saya ini mengubah penampilan.<br />
<br />
Nggak pake maskara, nggak pake eyeliner, pake lipstik tipis banget.<br />
<br />
Waktu masuk kelas, seorang temen saya yang kampret nyeletuk,<br />
<br />
"Dev, belom mandi ya?"<br />
<br />
Panik dong.<br />
"Emang keliatan belum mandi ya?"<br />
<br />
Ya begitulah, jadi diri sendiri aja. Sederhana atau nggaknya biar orang lain menentukan. Karena setiap orang punya standar masing-masing.<br />
Saya cuma nggak mau aja dapet orang yang kalo saya pergi ngafe which is itu sebulan cuma sekali atau dua kali ngecap saya boros dan hedon.<br />
Nggak mau dapet celetukan kalo cuma jalan jalan di mall nyari diskon dan mau beli barang yang dibutuhin dibilang boros.<br />
Sana ke hutan aja deh dikit dikit dibilang hedon dibilang boros.<br />
Hei dude, harus gimana sih biar dicap sederhana. Jadi saya begini aja, tergantung mereka.<br />
<br />Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-11055717107181442312017-09-21T22:43:00.001-07:002017-09-21T22:58:14.546-07:00Berputar<div>
<b><br /></b>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlZBIXT6ANCZ3rrRglwq9R47HmYWeubnj0egZHAsTzr08qd6m8eWi637upsHUpTiWRupMVIZd7-rTwqQuxIJgKIMlN99pAVV7Xz-dPIrrncI143nXENRjF1MjPALUZ0W1qVdaMOM7qnKU/s1600/khk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="750" data-original-width="499" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlZBIXT6ANCZ3rrRglwq9R47HmYWeubnj0egZHAsTzr08qd6m8eWi637upsHUpTiWRupMVIZd7-rTwqQuxIJgKIMlN99pAVV7Xz-dPIrrncI143nXENRjF1MjPALUZ0W1qVdaMOM7qnKU/s640/khk.jpg" width="424" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">http://weheartit.com</td></tr>
</tbody></table>
<b><br />Adit</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gue nggak tahu kenapa semesta lagi berbaik hati banget sama gue hari ini, setelah gue merasa menjadi orang paling sial karena nguber-nguber dosen pembimbing skripsi gue nggak ketemu, tapi sekalinya ketemu malah banyak banget yang direvisi bahkan kalau bisa judulnya diganti. Setres nggak lo kalo jadi gue?</div>
<div>
Tapi hari ini, detik ini, kayak anak kecil ketiban sekarung permen dan dikasih satu truk gulali, gue seneng banget, <i>man</i>! Di belakang gue sekarang ini, ada perempuan yang cantik banget kayak bidadari mau bonceng vespa butut gue ini. Saat saat kayak gini nih udah gue nanti sejak dua tahun yang lalu. Mana bisa gue boncengin dia malem-malem begini dulu, soalnya dia udah punya anjing (re : pacar). Dan kali ini dia baru aja putus sama pacarnya. Tiba-tiba ngontak gue karena mobilnya mogok setelah dia pulang magang. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gue nggak bisa ngalihin pandangan ke spion. Sesekali mencuri pandang, melirik dia, berharap bidadari gue ini baik-baik aja diboncengin vespa tua gue ini. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ra, lo nggak apa-apa?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sedari tadi dia diem mulu, berasa ngebonceng patung. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia nggak menjawab. Pandangan matanya kosong, dan gue nggak tahu harus gimana selain nyetirin dia. Eh, tapi ini gue harus ke mana? Gue asal tancap gas aja waktu dia telfon gue satu jam yang lalu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ra, ini kita mau ke mana?" </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gue bisa liat dia kaget setelah gue pegang tangannya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Makan dulu aja kaliya gue laper, Dit."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Mau makan apa? sate padang?" </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Boleh," </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Man</i>, gue tahu banget makanan kesukaannya, buku favorit, film <i>action</i> yang bikin dia jadi <i>freak</i>, sampai lagu-lagu yang sering banget dia nyanyiin. Ehem, gini-gini gue penyanyi favoritnya dia kalau suruh ngover lagu yang dia <i>request</i>. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gue udah cinta banget sama ini bidadari sejak dulu kami satu kelas waktu SMP. Gila nggak lo, menganggumi orang bertahun-tahun dan menahan-nahan nggak menyatakan cinta karena terlalu pengecut. Karena, apalah gue dibanding Aura yang terkenal seantero sekolah dulu dan gue yakin dia masih jadi bidadari idaman di kampusnya dia. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan lo semua harus tahu, yang bikin gue jatuh cinta sama ini cewek adalah dia tuh nggak <i>bitchy </i>sok manja sama cowok-cowok lain walaupun banyak tuh lusinan cowok yang mau sama dia. Dia itu pemilih banget. Lo tau? cewek yang punya mata cokelat dan bibir tipis ini cuma punya dua mantan, jadi tiga sama yang baru dia bangga-banggain ke gue dua tahun belakangan. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Dit, gue nggak laper. Kita ke tempat nongkrong biasa aja ya di atas," pintanya sambil megang pundak gue. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Hah? Serius lo Ra? ini udah hampir jam 10 malem," </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ini Aura kenapa sih tiba-tiba jadi aneh begini. Masa gara-gara naik vespa gue bisa jadi kenyang.</div>
<div>
Pada akhirnya gue puter balik. Untung bidadari gue yang minta, kalau orang lain udah gue turunin paksa di tengah jalan. Dipikir nggak jauh apa puter balik dari ujung kota ke ujung kota. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tempat yang dimaskud adalah tempat wajib nongkrong kami dulu kalau gue atau dia lagi penat. Di situ tuh cuma ada warung kecil semacam angkringan dan beberapa meja kursi, tapi <i>man</i>, pemandangannya bagus banget. Sejauh mata lo memandang, cuma lampu-lampu kota yang sekejap bisa menghipnotis lo untuk nggak mikirin hidup yang emang makin ke sini jadi makin susah. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Sampai, tuan puteri," </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia tersenyum kecil, lalu turun dari boncengan vespa gue. Tapi dia nggak melepas helm. Dia cuma berdiri mematung ngeliat lampu-lampu kota. Ini bidadari kesayangan gue kesambet apa ya?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ra, dicopot dulu ya helmnya," gue membantu dia melepas helmnya. Dengan jarak sedekat ini, gue bisa menelusuri mata cokelatnya yang teduh, kedua alisnya yang panjang natural nggak perlu dikasih pensil alis, hidungnya yang mancung kayak prosotan di Mcd, dan bibir tipisnya yang merah muda tanpa perlu polesan lipstik. Ra, sekusut ini aja, lo tetep masih sempurna buat gue. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia cuma menurut dan bilang, "Makasih ya, Dit" sambil menatap gue. </div>
<div>
Jantung gue kayak mau loncat ditatap sedeket itu sama Aura. Gila, bahaya banget nih kalo nggak gue kontrol. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gue cuma mengikuti dia yang ambil duduk di bagian paling depan, paling deket liat pemandangan dan paling deket juga sama jurang. Gue nggak tahu, tumben sepi. Cuma ada sepasang kekasih, dan dua cowok yang lagi gitaran nggak jelas. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Lo kenapa sih Ra? Lo marah sama gue yang jemput lo pake vespa? Maaf ya, mobil gue dipake sepupu,"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Gapapa, Dit. Gue juga kangen kok diboncengin vespa butut lo, jadi inget waktu SMP dulu. Lagian kenapa sih nggak dijual aja?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Udah terlanjur sayang Ra. Kalau udah sayang banget, mau jelek kayak apapun, lo bakal nggak bisa lepas,"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tiba-tiba senyum bidadari gue itu hilang. Aura cuma diem di samping gue. Kepalanya tertunduk.</div>
<div>
</div>
<div>
<i>What happen here?</i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ra? Kenapa?" gue mendekat mengamatinya, dan gue melihat pipinya basah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Shit. Lo kenapa Ra, apa yang salah di sini?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Cerita Ra, lo kenapa?" gue mengulang pertanyaan gue. Sebagai laki-laki gue sebenernya nggak bisa diem gini aja, gue mau banget meluk bidadari gue satu ini. Tapi, ya kali gue peluk.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan entah ini hari keberuntungan atau apa, baru kali ini gue sedeket ini sama dia, dia tiba-tiba membenamkan kepalanya di dada gue. Gue ulang ya, di dada gue.<i> </i>Nggak sia-sia gue nge<i>gym</i> tiap hari kalau dada gue ini dipake bidadari<i>. Man</i>, ini kalo dia bisa denger suara jantung gue yang lagi deg-deg an nggak karuan dia ketawa nggak ya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gue bisa mencium bau parfum vanilanya dengan jarak sedeket ini. Terima kasih Tuhan, sekarang gue punya alasan buat membelai rambut perempuan yang bikin gue jatuh cinta bertahun-tahun ini. Tapi siapa yang berani menyakiti Aura sampai bidadari gue ini nangis malem-malem begini?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div>
<b>Aura</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<i>Because every single people has one person in mind. </i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sudah sebulan aku dan dia mengakhiri hubungan yang telah mati-matian aku pertahankan. Sudah ku terima dia apa adanya dengan seluruh hati. Tapi, aku masih bukan menjadi hal terpenting di dalam hidupnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Di kepala ini masih kamu satu-satunya yang menjadi penghuni tetap meski sudah ku usir berkali-kali dengan kesibukan kantor, tapi kamu tetap menjelma menjadi kenangan super lekat yang tak bisa ku musnahkan. Aku relakan kamu pergi, aku relakan kamu membenahi hidupmu yang berantakan dengan kedua tanganmu sendiri. Aku pikir kamu akan membangun masa depan denganku, tapi nyatanya aku seperti debu-debu di ruang kamar yang ingin cepat-cepat kau singkirkan. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kini ku jelajahi duniamu dengan sosial media, lalu ku temukan kamu mengenggam tangan lain di sebuah foto instagram yang baru kamu unggah setengah jam yang lalu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mataku memanas. Tanganku bergetar masih memegang <i>handpohoneku</i>. Kamu menggenggam tangan lain dan berani-beraninya kamu masih melekatkan jam tangan pemberianku waktu ulang tahunmu terakhir yang tidak sempat kita rayakan karena kita sedang bertengkar hebat waktu itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kamu tidak pernah bertanya kenapa aku beri kamu jam tangan, bukan sepatu seperti yang kau butuhkan. Jam tangan yang melekat di pergelangan tanganmu, yang kini kau gunakan untuk menggandeng perempuan lain adalah sebagai pengingat, Wir. Bahwa pernah ada kita dalam setiap putaran detik, pernah ada kita yang pernah mengacaukan detak, pernah ada kita yang berani berharap bahwa waktu tidak cukup mampu mengubah kita. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Brengsek. Siapa dia,Wir?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Berani beraninya kamu Wira Herawan. Entah berapa kebohongan yang kamu ciptakan sebelum kamu melepaskan aku. Aku seperti onggokan sampah di sudut kota. Sebodoh itu aku, mau dipermainkan laki-laki yang dua tahun sudah aku bangga-banggakan di hadapan siapapun?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan aku kini lebih bodoh, menangis malam-malam di pelukan Adit, sahabat sejak SMP ku dulu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Maaf, Dit," Ku angkat kepalaku, dan ku lihat kaos polo putihnya basah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menatapku nanar, </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Dit, kenapa gue nggak berharga di mata orang yang gue cintai sepenuh hati?"</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: left;">
<b>Adit</b> </div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
Ini seperti kisah tanpa ujung yang jelas, siapa mencintai siapa, dan siapa berharap kepada siapa. Sampai kapan kayak gini? Berputar di situ-situ aja, dan kampretnya lagi bertahun-tahun.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gue selalu dibutuhkan ketika bidadari cantik gue ini patah hati. Selalu ada mata gue yang menatap dia lekat saat menangis, selalu ada dua telinga gue yang denger cerita sedihnya dia, selalu ada waktu gue yang gue sempet-sempetin sesibuk apapun gue. Seperti sekarang, gue membatalkan acara penting ketemu sama temen gue buat ngebahas bisnis. Dan selalu ada mulut gue yang bilang di akhir pertemuan, </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>"Tenang Ra, semua bakal baik-baik aja. Kalau ada apa-apa langsung hubungin gue aja. Gue kan sahabat elo,</i>"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Monyet nggak? Gue cuma bisa sanggup bilang bahwa gue ini sahabatnya dia ketimbang sebagai laki-laki yang akan mencintai dia sampai kapan pun.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gue nggak bisa ngejawab pertanyaan terakhir yang keluar dari bibir Aura setelah dia melepaskan pelukannya. Karena gue juga nggak bisa tahu kenapa lo, nggak bisa ngeliat gue sebagai laki-laki yang selalu ada karena mencintai elo. </div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-46404037625389603882017-09-11T21:39:00.000-07:002017-09-10T21:44:50.933-07:00Selamat Tambah Tua !Duh...mulai darimana ya. Jadi grogi, takut dibilang sok romantis.<br />
<div>
Oke.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ini tulisan kedua yang aku tujukan ke kamu setelah sekian lama karena dunia aku yang makin sibuk, isinya udah nggak kamu melulu kayak dulu.</div>
<div>
Rasanya, udah lama ya kita nggak cerita-cerita. Sejak kamu ada motor, kamu udah nggak pernah minta boncengin aku lagi. Sejak kita punya pacar, makin deh ada jarak. Kamu sama pacar kamu dulu dan aku sama pacar aku yang dulu. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Terus...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kamu putus, tapi udah nemu yang baru</div>
<div>
Aku putus juga, tapi masih sendiri. HAHAHA </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku udah nggak sesering dulu main ke kosan kamu sampe tidur berdua di kasur yang sering bunyi "kretek-kretek" kalo kita gerak dikit aja. Aku udah nggak sesering dulu, tiba-tiba nyampe di depan pintu kosan kamu terus kadang nggak ngetok pintu, ngagetin kamu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku nggak sesering dulu, boker di kosan kamu sampe kamu kadang ngomel-ngomel sama aku. </div>
<div>
Aku nggak sesering dulu ngeluh-ngeluh cerita ini-itu sama kamu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kita nggak sesering dulu pergi bareng, ngayal bareng, saling nasehatin, tapi ya aslinya sama-sama rapuh.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sekarang, bahkan aku lupa kita terakhir ketemu kapan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kadang aku tuh kangen wid. Kangen kadang kamu nelfon curhat sambil nangis-nangis tapi bikin aku ngakak. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tapi ya makin dewasa aku ngerti, kita punya prioritas sendiri.</div>
<div>
Aku inget kamu pernah ngomong </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Dev gapapa dev ini kita naik motor, naik beat, besok kita udah bisa naik mobil. Fighting!"</div>
<div>
Aku ketawa-ketawa aja wid di belakang kamu, kamu masih ngoceh sambil nyetir. Inget?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Terakhir kali aku ke kosanmu, kapan ya?</div>
<div>
Pokoknya, aku udah liat sederet whist list kamu.</div>
<div>
Gila ya, kamu makin dewasa aja. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku udah nggak pernah liat kamu ngeluh masalah hidup.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kamu udah nggak pernah insecure bilang "Dev, aku cantik nggak?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku udah nggak pernah liat childishnya kamu di depan si abang. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Entah kamu udah dewasa, atau kamu nyembunyiin semuanya, berusaha tegar.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tapi inget Wid,</div>
<div>
Aku tuh walaupun jarang ngehubungin kamu, aku selalu siap buat kamu ajak cerita.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Nggak apa-apa kalau kamu lebih nyaman sendiri, daripada aku malem-malem masih nongkrong di kedai sampe larut.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Wid, ini kenapa panjang banget ya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Masih banyak yang mau aku tulis.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kayak kenangan kita waktu maba. Entah kenapa masih melekaaat banget. Apalagi kalau dengerin lagu RAN - Dekat di Hati</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan waktu kamu nangis di depan dosen dan anak kelas, gara gara TA in aku. Sumpah waktu itu you are my hero gila!</div>
<div>
Kamu bilang kamu nggak di suruh. Kurang baik apa sih Wid kamu sama aku. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Wid, aku baru sadar. Dan aku baru bersyukur sekarang</div>
<div>
Kita selalu satu project bareng kalo tugas kuliah. Walaupun aku sering ngeluh-ngeluh kalo kamu malesnya minta ampun. Nggak deng, tapi kamu gercep.</div>
<div>
Kalo nggak se-project, mungkin kita nggak punya waktu lagi Wid buat bareng.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Udah ya Wid,</div>
<div>
Ini aku nulis waktu lagi magang di kantor</div>
<div>
Selamat ulang tahun. Selamat tambah dewasa, kita. </div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-27989784798382486442017-08-30T01:30:00.001-07:002017-08-30T01:30:45.392-07:00BerhentiKau tahu Anya dan Ale dalam novel Critical Eleven yang telah difilmkan? Mereka mengibaratkan hubungan mereka adalah sebuah jembatan yang dibakar. Tak ada pilihan untuk kembali, mereka harus berlari ke depan. Bersama. Tapi sebaliknya, aku dan kamu, membakar kita. Tak menyisakan apa-apa selain debu kenangan yang kadang mampir disela ingatan.<br />
<br />
Ku ingat suaramu diujung telepon,<br />
<br />
<i>"Sekarang aku lebih sayang sama diri aku sendiri, lebih cinta sama dunia aku sendiri, daripada kamu."</i><br />
<i><br /></i>
Duniaku berhenti berputar detik itu. Napasku berhenti sejenak, mencerna kata-kata yang baru ku dengar dari seberang. Perlu kamu tahu, kamu telah membakar aku hidup hidup waktu itu.<br />
<br />
Ku relakan semuanya, ku ampuni dengan segala pemakluman keadaan. Ku bangkitkan diriku kembali sendiri.<br />
Aku ingin meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa kau begitu hanya sementara.<br />
<br />
Pura-pura ku minta satu kotak martabak untuk mencairkan suasana. Ingat? Pikirku,aku akan punya setidaknya satu malam panjang bersamamu sebelum kita tak punya waktu lagi.<br />
<br />
Kau datang begitu terlambat. Ku luangkan waktuku dengan segala kesibukan yang menyekapku waktu itu, tapi kau, waktu, dan satu kotak martabakmu tidak hadir di waktu yang tepat.<br />
<br />
Aku bisa apa.<br />
<br />
Tidak, aku tidak menuntutmu apa-apa.<br />
Aku tidak menyalahkanmu.<br />
Aku telah berdamai pada masa itu.<br />
Aku mengenangmu dengan damai,<br />
tak menyelipkan apa-apa<br />
karena semua sudah berhenti.<br />
<br />
<br />Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-19338730485669082402017-08-03T21:48:00.000-07:002017-08-03T21:48:10.509-07:00Dua hati yang patah<div class="MsoNormal">
Kita adalah dua hati yang patah lalu dipertemukan<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
yang disetiap perbincangan menyisipkan tanya<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Gimana jodoh?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sama sama menerka, lalu mengabaikan jawaban <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menit berikutnya aku mendengarmu memetik gitar<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bersenandung lagu lagu melankolis kesukaanmu<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu hening<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku tertawa<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menertawakan kita<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Yang pernah patah lalu berusaha menghilang dengan mencari
kesibukan<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
kita yang pernah memperjuangkan<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
tapi sama sama disingkirkan<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku, kamu, mereka tidak pernah tahu<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tentang takdir<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tapi setidaknya aku bisa belajar dari kamu<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tentang segala keluasan isi kepalamu<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Juga belajar mengenai kelapangan dadamu<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
baik baik di sana<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
baik-baik untuk kita.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-48825637061217746672017-06-30T22:59:00.000-07:002017-06-30T22:59:08.647-07:00Jahat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7MAdo4kFkcpwOHWV2SORUPwD0iPFJq9yt_9NX-bVtp8xQWRM20a5Hao-YAeGPqMrCWyElfZTMdH9_9wbBaDU5NKzSS1ebFe7EDZoLP3OwtOSdUAfEDhWyOIobRz0YHcddxwGt3dSkh6E/s1600/173534.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="420" data-original-width="660" height="404" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7MAdo4kFkcpwOHWV2SORUPwD0iPFJq9yt_9NX-bVtp8xQWRM20a5Hao-YAeGPqMrCWyElfZTMdH9_9wbBaDU5NKzSS1ebFe7EDZoLP3OwtOSdUAfEDhWyOIobRz0YHcddxwGt3dSkh6E/s640/173534.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Berganti tahun. Perasaan ini masih tetap seperti dua tahun
yang lalu.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ndra, kamu jahat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kamu hilang tanpa kabar. Tanpa kepastian. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku lelah menerka maksut kedatanganmu Desember lalu. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Enyah saja, kamu membuat harapan ini seperti api disiram
bensin.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Begitu besar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan menghabisi aku.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Melalap aku hidup-hidup.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku tahu di seberang sana banyak yang kamu pikirkan tentang
kita.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu kenapa kita tidak bertemu saja?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Kenapa semuanya kamu buat semakin rumit, Ndra?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kau tak pernah menjanjikan pulang</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tapi sapamu bulan lalu begitu melekat di ruang ingatan</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mengapa kau tak membuat ini semua menjadi sederhana?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Indra, aku rindu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku,</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Perempuan yang pernah kau sebut rumah</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-41719630805655758122017-06-30T22:04:00.001-07:002017-06-30T22:04:43.245-07:00Bukan CurhatLiburan panjang, membawa saya menulusuri folder-folder di laptop saya. Foto-foto hingga tulisan-tulisan saya. Saya temukan cerita-cerita fiksi yang masih separuh. Mungkin jika tokoh-tokoh ciptaan saya bisa bersuara, mereka akan memaki habis-habisan karena menggantungkan cerita mereka.<br />
<br />
Lalu sajak-sajak sedih.<br />
Doa.<br />
Harapan.<br />
Semuanya ada di dalam tulisan saya.<br />
<br />
Lalu mulai sekarang,<br />
saya akan memindahkan tulisan-tulisan itu di sini.<br />
Agar bisa kalian baca.<br />
Pastinya dengan segala perubahan.<br />
<br />
Tapi,<br />
percayalah<br />
bahwa tulisan-tulisan saya setelah ini bukan curhat<br />
Sungguh.<br />
<br />
Selamat menikmati.Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-10592848579544261222017-06-28T07:03:00.001-07:002017-06-28T07:42:03.017-07:00Pertanyakan Kembali<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2qf1g6mg0omEQ-9pnNlpQ7dyzMH_kYMW4EBSTbLaOWvlk1o097fZGochEytbLRhCMO2fYWIyThHOsOzPELK60u5bzTgJpF5Xl7wxxPS6xjFVPLjyjIaa51e8brzIwTR_PNRwfcrZXanU/s1600/large.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="512" data-original-width="341" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2qf1g6mg0omEQ-9pnNlpQ7dyzMH_kYMW4EBSTbLaOWvlk1o097fZGochEytbLRhCMO2fYWIyThHOsOzPELK60u5bzTgJpF5Xl7wxxPS6xjFVPLjyjIaa51e8brzIwTR_PNRwfcrZXanU/s320/large.jpg" width="213" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i style="text-align: start;"><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i style="text-align: start;"><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="text-align: center;">Pertanyakan lagi kepada dirimu sendiri, dia hadir dan kau pilih untuk apa jika lebih banyak melahirkan luka?</i></div>
<div>
<i style="text-align: center;"><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="text-align: left;">Aku melihat Bima sedari tadi mondar-mandir sambil
menggenggam ponselnya. Raut wajahnya begitu kesal sekaligus cemas, ia tak
mendapatkan kabar satupun dari kekasihnya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ck, tenang aja sih Bim, Nova nggak akan kenapa-kenapa kok.”, Lontarku kesal melihatnya yang selalu mengkhawatirkan sahabatku satu itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Masalahnya ini hujan deras Je. Dan dia lagi sakit.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Nova udah gede, semuanya bakal baik-baik aja. Dia bisa jaga
diri daripada aku. Percaya deh, dia ini mungkin lagi kejebak hujan di kantor.” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Tapi…”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Apa?" </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Seenggaknya dia ngehubungin aku.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku terdiam, lalu memilih larut dalam pekerjaanku di layar
laptop, membiarkan Bima ditelan kekhawatirannya yang terlalu berlebihan. Aku
bisa menjawab pertanyaannya seandainya aku tega. Aku bisa saja menasehatinya
sampai mulutku berbusa, tapi kalau orang sedang jatuh cinta, orang-orang
sekitarnya bisa apa?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku tahu, bagaimana perjuangan Bima mendapatkan sahabatku
satu itu. Bagaimana ia memperlakukan Nova seperti tuan puteri yang selalu
diantar jemput pulang pergi, bagaimana ia mengistimewakan perempuan satu itu,
bagaimana ia selalu mengalah untuk mendapati lengkung lebar dibibir Nova. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Budak cinta. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bima begitu mencintai Nova, dan Nova yang mencintai Bima apa
adanya, tanpa perlu usaha apa-apa. Bagaimana bisa?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Jawabannya satu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Nova tidak begitu menginginkan Bima sebenarnya. Ia menerima
cinta Bima karena ingin menghargai seluruh usaha laki-laki berambut gondrong
itu. Meskipun, aku tak setuju keputusannya, karena sejak keputusannya,
sahabatku itu malah melahirkan banyak luka, meski kadang mereka terlihat
seperti pasangan yang paling bahagia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mungkin aku cemburu pada Nova yang bisa mendapatkan Bima. Aku selalu
memberitahunya, betapa diberkatinya ia oleh Tuhan dihadirkan laki-laki sebaik
Bima. Sedangkan aku?</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku yang tak pernah mencicipi perlakuan istimewa dari
kekasihku dulu. Ia tak menghubungiku ketika aku tak menghubunginya terlebih
dahulu, ia tak menawarkan menemaniku ke manapun, padahal aku tak suka
kemana-mana sendirian. Apa-apa yang aku inginkan, aku selalu memohon terlebih
dahulu. Sedangkan aku,<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku rela basah oleh hujan hanya untuk mengantarkannya makanan tanpa ia bertanya apakah aku baik-baik saja atau tidak, aku rela menghabiskan hampir seluruh tabunganku untuk memberi kejutan ulang tahun namun aku tak mendapati binar bahagia dalam matanya, aku yang rela pulang larut malam menemaninya ketika bersedih tanpa ia mengkhawatirkan keadaanku bagaimana. Aku yang harus mengerti dia sedang kecewa atau marah, sedangkan ia tak mau tahu, betapa kecewanya aku. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku yang meleburkan duniaku untuknya, dan dia tetap memiliki dunianya beserta seluruh egonya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan kini tak lagi.<i> </i><br />
<i><br /></i>
<i>Ketika orang yang kau sayangi tak bisa
memperlakukan dan menghargaimu dengan benar, bagaimana kelak ia menjadi pasanganmu
yang bisa menjaga dan menyayangimu dengan sabar?</i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Bim…” Aku memanggil Bima dengan lirih. Sementara ia sedang
memejamkan matanya, sambil menyandarkan tubuhnya di atas sofa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Cinta banget sama sahabatku satu itu?” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Bangetlah. Kamu tau sendiri aku gimana kan sama Nova.” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Terus, Nova sendiri gimana?” Aku balik bertanya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bima terdiam. Aku mengemasi barangku sambil menunggu
jawabannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Dia…" Jawabannya terhenti. Mungkin sedang mengingat-ingat.<br />
<br />
"Dia sayang kok sama aku,” Jawabnya lirih. Lebih tepatnya ia
sedang meyakinkan dirinya sendiri.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Semoga seperti itu.” Aku hanya tersenyum lalu bersiap pergi dari kafe yang sudah kami singgahi sejak tiga jam yang lalu sambil menunggu hujan reda.<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku ingin memberinya waktu untuk berpikir. Karena kadang,
orang jatuh cinta mengutamakan apa yang ia rasa dibanding logika. Ia tak peka
oleh kejanggalan-kejanggalan yang dilakukan pasangannya, percaya dan
mengatasnamakan apa yang dilakukan itu adalah cinta, padahal itu tipuan belaka.
Lalu, lahirlah para manusia-manusia yang diperbudak oleh cinta. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kaum-kaum yang terpenjara, memandang sempit perasaan
bahagia, berpatokan pada satu orang yang diyakini ia adalah cinta padahal sebenarnya ia hanya mirip dengan cinta padahal bukan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan aku, belajar, kita boleh berkorban, tapi kita tak perlu sampai jungkir
balik memutar isi kepala hingga mengabaikan hati sendiri yang berkali-kali luka
dan kecewa untuk mempertahankan seseorang yang menjanjikan bahagia. Cinta yang benar, tahu bagaimana cara mengitari kita dengan bahagia tanpa perlu memohon. Ia akan memberi tanpa kita minta berkali-kali.<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebelum aku menghilang dari balik pintu, aku berpesan pada Bima,<br />
<br />
"Bim, makasih ya udah ada yang jagain Nova sebaik kamu. Tapi, jangan sampai, apa yang kamu miliki, malah menyakiti dirimu sendiri."<o:p></o:p><br />
<br />
"Je, aku bakal buat dia sayang sama aku sama seperti aku sayang sama dia."<br />
<br />
"Oke, tapi kamu tau konsekuensi kamu apa. Jangan ngeluh ya."<br />
<br />
Bima terdiam lagi.<br />
<br />
Sementara aku langsung meninggalkan Bima sendiri. <br />
Melihat Bima seperti melihat diriku sendiri satu tahun yang lalu. Antara ingin pergi, atau percaya akan ada keajaiban mengubah kekasih yang aku banggakan menjadi manusia yang bisa mencintaiku dengan baik.<br />
<br />
Tapi, pertanyaan yang selalu menghujani kepala adalah satu pertanyaan yang sama,<br />
<br />
Sampai kapan begini dan rela dijatuhkan berkali-kali?</div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<i style="text-align: center;"><br /></i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-55829630472512351022017-06-22T00:00:00.000-07:002017-06-22T00:00:30.344-07:00Pecinta KafeTiba-tiba saya tergelitik untuk menuliskan ini entah kenapa. Baru saja, saya melihat feed instagram saya yang sudah tidak teratur lagi. Foto-foto yang terpampang lebih banyak pantai, kafe, dan kopi. Sepertinya hidup saya dalam lingkaran itu-itu saja. Dan saya tersadar, kecintaan saya pada kafe ataupun kedai kopi sempat membawa saya ke kehidupan mereka. <div>
<br /></div>
<div>
Mereka yang sibuk dibalik bar meracik kopi, para waiters yang ramah, ataupun sang pemilik yang berupaya menjadikan kafenya senyaman mungkin untuk pengunjung. Sebelum saya berkutat pada ranah ini, saya ingin mundur pada tiga tahun ke belakang.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Saya adalah manusia yang terobsesi pada kafe. Dulu sempat, saya membuat daftar, kafe mana yang harus saya singgahi di kota ini dengan teman-teman saya. Kafe baru mana yang harus dicoba, dan bahkan ketika ke luar kota pun, saya tidak absen untuk mengunjungi kafe paling di kenal di kota itu hanya untuk menikmati suasananya, mengabadikan momen, dan mencari ruang untuk mengobrol dengan orang-orang yang saya sayang. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Oh, satu lagi. Kebanyakan cerita fiksi yang saya buat pun tak jauh juga dari yang namanya kafe. Seringkali saya juga curi-curi pandang ke arah barista di balik bar yang dengan tekun menyeduh kopi orderan saya. Hehehe.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sebegitunya saya dengan kafe. Kadang, bila ada kafe yang bangunannya terbuat dari kaca-kaca besar, yang membuat saya bisa melihat aktivitas mereka dari luar, saya senang mengamati mereka meski hanya sebentar. Ini kebiasaan apa ya namanya? Entah, ada suatu kekaguman yang saya lekatkan pada kafe dan segala isinya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu Tuhan sangat berbaik hati memberi kesempatan untuk mengenalkan saya ke dalam kehidupan mereka. Saya dekat, saya hidup di dalamnya. Dengan segala kekaguman dan kenyamanan kafe yang kita singgahi, ternyata saya baru tahu ada kerumitan dan perjuangan orang-orang di balik layar untuk mempertahankan kafenya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bagi saya kafe adalah tempat setiap manusia membagi cerita. Coba tebak, ada berapa cerita di setiap kepala-kepala yang sedang duduk di sofa kafe? Terkadang, saya senang mengamati ekspresi mereka yang betah berlama-lama di sebuah kafe. Entah hanya diam memandangi laptop dengan satu cangkir kopi, atau berisik mengobrol seru dengan teman-temannya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Saya adalah manusia yang senang singgah di kafe, oh satu lagi, musiknya. Kafe nyaman, musik syahdu, latte art yang cantik, dan barista tampan, akan selalu saya gantungkan di ingatan saya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-30717994680194029672017-06-16T16:36:00.001-07:002017-06-16T16:44:30.149-07:00Karena dia istimewaDi sebelahku Niko sibuk menekan nekan tombol tape radio meski matanya tetap fokus pada jalanan lengang sore ini. Sedangkan aku, semenjak duduk di mobil memilih diam, menahan kantuk karena sudah tidak tidur hampir dua hari karena dikejar deadline dari <i>client</i>. Kalau aku tega dengan laki-laki satu ini yang sedang berusaha menculik aku ke Jogja, aku akan memejamkan mataku sekarang juga.<br />
<br />
Ia tahu, aku sedikit sebal karena dipaksa ikut ditengah kesibukanku yang luar biasa kurang ajar.Tapi ia selalu tahu, bagaimana menyenangkan sahabatnya satu ini.<br />
<br />
"Tidur aja kalo ngantuk, kalo nggak gini, kita nggak punya waktu libur Ta," Niko melirikku, aku tahu senekat apapun dia sekarang, dia juga merasa bersalah. Membawa perempuan kabur ke Jogja, dari padat dan sibuknya Jakarta.<br />
<br />
Terakhir kali kami berlibur adalah liburan dua tahun yang lalu. Setelah kelulusan, kami merayakannya dengan <i>long trip</i> Bali-Lombok selama dua minggu. Liburan paling menyenangkan selama aku hidup 25 tahun sebelum tersekap dalam rumitnya menjadi orang dewasa yang diburu waktu, dituntut ini-itu.<br />
<br />
"Gue nggak tega kali ninggal lo tidur,"<br />
<br />
"Yaudah, cerita-cerita aja, gosipin apa gitu kek. Temen kuliah kita dulu, atau bos lo, atau client lo yang menyebalkan, atau apa ajalah nerocos aja pokoknya lo, gue dengerin,"<br />
<br />
Aku nyengir melihat kelakuan Niko yang super pengertian ini. Empat tahun berteman membuat kami saling tahu seluk beluk hidup, dan kesukaan masing-masing.<br />
<br />
"Hahaha apaan sih lo, gosip banget,"<br />
<br />
"Ooh...atau..."<br />
<br />
"Atau apa?"<br />
<br />
"Ben. Mantan lo. Lo nggak pernah cerita apa-apa ke gue. Tiba-tiba putus. Padahal gue inget banget lo mau nikah sama dia."<br />
<br />
Ah, dia lagi. Aku hanya tertawa hambar menanggapi pertanyaan Niko. Lalu memandangi jalanan Jakarta dan kendaraan lalu lalang di depanku.<br />
<br />
"Kenapa sih? Cerita dong. Udah lama kan? Jadi nggak apa-apa dong lo cerita sama sahabat lo ini?"<br />
<br />
Aku hanya mengedikkan bahuku. Aku sudah enggan bercerita mengenai laki-laki yang sempat aku bangga-banggakan di depan siapapun. Cerita lama yang sudah terlalu entah dan berusaha tak ku pedulikan lagi. Meski sejujurnya, cerita tentang aku dan Ben masih banyak menggantung di ingatan memori.<br />
<br />
"Karena...karena dia terlalu istimewa buat gue."<br />
<br />
Niko mengerinyitkan dahi sambil membenarkan letak kacamatanya, lalu mengamatiku sebentar.<br />
<br />
"Maksudnya, Ta? istimewa gimana? terlalu ganteng gitu? terlalu pintar dan berprestasi? Terlalu multitalenta?"<br />
<br />
Aku hanya tertawa lagi. Berharap aku tak perlu menceritakan detil pertengkaran aku dan Ben yang sudah terlalu lampau. Aku ingin berdamai dengan masa itu.<br />
<br />
"Nita Larasati tolong jawab pertanyaan gue, jangan ketawa mulu lo kayak orang gila," Niko mulai sebal.<br />
<br />
"Karena, dia itu terlalu istimewa Nik, dan gue, nggak bisa memahami keistimewaannya dia."<br />
<br />
Aku tidak pernah siap untuk menceritakan yang sebenarnya kepada siapa saja. Dengan orang tuaku sekalipun. Biar aku saja yang tahu tentang keistimewaan Ben. Cukup aku yang tahu dengan ketidakmengertianku tentang segala ketakutan, kecemasan, dan segala keresahan Ben. Cukup aku yang tidak mengerti, pada perkara-perkara kecil yang selalu berputar di otak Ben hingga menimbulkan amarah tak terduga ditengah-tengah kami yang sedang asyik bercengkrama.<br />
Keistimewaan Ben, yang seringkali membuatnya menjadi dua manusia berbeda dalam sekejap mata.<br />
Aku dulu sering memeluknya, ketika ia sedih di pojok kamar memeluk kedua lututnya.<br />
Sering menenangkan dia, ditengah kepanikannya mengenai apa saja yang...ah entahlah, aku bilang aku tidak mengerti.<br />
<br />
"Tapi lo baik-baik aja kan sekarang?" Niko memastikan pertanyaannya tadi tidak membuat sahabat kesayangannya ini sedih.<br />
<br />
"Tenang aja Nik, gue jauh lebih baik sekarang."<br />
<br />
Kalau teman-temanku bertanya, kenapa aku bisa mencintai Ben dulu, dengan segala kebencian yang tersisa kini, aku juga tidak mengerti. Entah, sepertinya aku harus menanyakan kembali pada diriku sendiri, aku mencintai sisi diri Ben yang mana. <br />
<br />
Biar semua kepala dipenuhi tanda tanya tentang hubungan aku dan Ben yang hampir berujung pada pernikahan ini. Toh aku tidak bisa mencintai Ben sepenuhnya, mencintai dua manusia yang berbeda. Mungkin, Ben adalah pembelajaran hidup yang paling berharga yang aku punya. Bahwa, kita tak perlu berharap apa-apa pada manusia yang banyak menciptakan wacana ditengah Tuhan yang sudah menyiapkan rencana. Kita adalah manusia-manusia keras kepala, yang kadang kalau urusan cinta, membuat kita lupa padahal Tuhan sudah mengirimkan banyak tanda.<br />
<br />
"Jadi lo sama Dira gimana Nik?" aku balik bertanya tentang hubungan Niko dengan kekasihnya.<br />
<br />
"Kandas Ta."<br />
<br />
"Hah? demi apa lo? Serius?"<br />
<br />
"Kenapa?"<br />
<br />
"Karena dia terlalu istimewa buat gue. Hahahaha"<br />
<br />
"Ah sialan lo! Yang bener Nik?" Aku memukul lengan Niko. Kali ini benar-benar sebal.<br />
<br />
"Iya Nita. Gue lagi patah hati. Makanya gue pengen lari ke Jogja!"<br />
<br />
"Jadi ceritanya ada dua orang patah hati di satu mobil nih? Yang satu udah sadar yang satu baru lari dari kenyataan," aku terbahak.<br />
<br />
Ya, namanya juga hidup. Yang kita genggam sekarang, belum tentu jadi jodoh kita di masa depan. Mobil kami melesat cepat, sementara aku membiarkan Niko menyanyikan lagu All I want milik Kodaline meski suaranya cempreng.<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>But if you loved me<br />
Why'd you leave me?<br />
Take my body<br />
Take my body</i></div>
<br />
<br />
<br />Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-75699968030601184682017-05-08T23:50:00.000-07:002017-05-08T23:50:02.572-07:00Antara Agan, Kopi, dan Kamu<div style="text-align: center;">
<i>Sepertinya Tuhan tidak ingin hambanya ini, saya, tidak mengerjakan apa-apa. Tuhan ingin saya terus mengasah kemampuan. Dan pada akhirnya, di sini sekarang saya membagi hidup. Di sebuah kedai kopi. </i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: left;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: left;">
Saya ingat, pada satu hari di Bulan Februari, teman dekat saya meminta bantuan untuk membuat deskripsi menu di sebuah kafe milik temannya. Deskripsi yang ia maksud adalah deskripsi berfilosofi dan bercerita mengenai rasa makanan atau minuman di menu tersebut. Karena saya memang tidak ada pekerjaan waktu itu, dan kebetulan saya baru saja <i>resign </i>dari pekerjaan saya di sebuah website, jadilah saya mengiyakan permintaan tersebut tanpa meminta bayaran sepeser pun. Masa iya sih tega sama temen deket sendiri? Hahaha</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Saya membuat deskripsi menu yang agak susah-susah gampang itu selama kurang lebih dua jam. Tidak ada ekspektasi apa-apa setelahnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Gimana? Ada revisi?," Tanya saya pada Debora, teman saya yang meminta bantuan itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Nggak ada, orangnya suka kok. Bayarannya kopi aja ya?" </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Saya senang waktu itu. Bukan, bukan karena dapet secangkir kopi cuma-cuma. Itu karena untuk pertama kalinya, 'karya' saya digunakan orang lain. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Malam itu setelah janjian, saya dengan Debora langsung meluncur ke sebuah <i>coffee shop</i> yang baru saja dibuka untuk mengambil "hadiah" kopi gratis yang diberikan kepada saya. Sekalian kenalan sih sama calon empunya kafe yang bakalan buka bulan itu. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Obi," begitu katana ketika saya menjabat tangannya. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Saya tidak terlalu memperhatikan Obi pertama kali. Yang saya tahu, si Obi ini lagi banyak pikiran. Laki-laki berambut gondrong, penampilan ala kadarnya, muka suntuk dan rambut kusut. Laki-laki canggung yang pertama kali mengajak saya ngobrol sebelum dekat seperti sekarang ini.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Setelah masuk ke coffee shop yang kita tuju, dan memesan satu hot matcha latte kesukaan saya, saya lebih sibuk mengobrol dengan Debora, karena Obi, sibuk berkutat dengan pekerjaannya di laptop. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Saya pikir saat itu adalah malam perkenalan pendek saya dengan laki-laki kusut berambut gondrong, si pemilik kedai kopi. Saya pikir pertemuan itu hanyalah pertemuan singkat sebelum akhirnya dia bertanya beberapa hal dan mengajak saya gabung dengan tim pengelola kedai.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Dev, gabung tim kreatifku yuk. Mau nggak?"</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Saya menimbang, baru saja saya resign dari pekerjaan saya, masa mau kerja lagi?</div>
<div style="text-align: left;">
Obi menyebutkan fee yang akan saya terima, dan saya sedikit kaget dengan nominalnya. Bukan, bukan karena besarnya. Tapi jumlah yang ia tawarkan persis jumlahnya seperti fee pekerjaan saya sebelumnya ketika mengelola sebuah website. Kadang, saya berpikir sampai sekarang, Tuhan ini ada-ada saja ya caranya, </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<i>Ketika saya ingin lari, mengurung diri dalam zona nyaman, Tuhan mempersiapkan skenario sedemikian rupa untuk "melempar" saya ke zona yang mengharuskan saya ditempa. </i></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dan akhirnya Debora meyakinkan saya. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Setelah saya mengiyakan tawaran gabung ke tim kreatif Obi, yang kini beralih jadi tim manajemen, saya bertanya di mana lokasi kafe. Ya, saya waktu itu menyebut kedai kopi ini adalah kafe. Di benak saya, kafe ini kafe cantik, kafe lucu buat ngopi cantik, nyeduh ganteng, yang instagramable banget. Karena, maklum ya, saya anak instagram garis keras. Hehe enggak deng. Tapi jujur, saya selalu tertarik ke sebuah kafe karena tempatnya. Menu, nomer dua. Karena seenak apapun menunya, saya nggak mungkin bisa sering-sering makan di kafe. Masuk akal kan? Hahaha</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ketika dia menyebutkan nama kafenya, saya mengerinyitkan dahi. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Kedai Agan?," Saya mengulangi nama kedai yang ia sebutkan. Serius bi? Kafe dengan nama se-gentle itu, dan kesannya cowok banget itu mau dikasih deksripsi menu saya yang romantis abis. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Kenapa Agan?" saya masih nggak yakin.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
"Karena aku mau, mereka nganggep itu kedai mereka. Kedai milik Agan, Kedaimu. Ya semacam itulah."</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Saya berpikir keras. Ini nggak cocok banget sama deskripsi menu yang saya bikin. Kenpa di-iya-in aja. Karena, waktu itu saya dimintai bantuan cuma buat deskripsi menu tanpa tahu latar belakang konsep kedai kopi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pada akhirnya saya bilang, "Menunya aku revisi ya, nggak cocok banget sama namanya."</div>
<div style="text-align: left;">
Ya walaupun, tetep. Deskripsi menunya itu masih manis banget. Hahaha. Buat kedai kopi bernama kedai Agan. Agak ganti konsep dikit sih, Agan ini adalah sosok orang-orang yang kerja di kedai kopi. Jadi bukan Kedai-mu lagi. Wkwk.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu beberapa hari kemudian Obi meminta saya untuk mengonsep tembok kedai, mau diisi apa, dalam waktu satu malam, karena besok paginya mau dieskusi. Edan emang. Laki-laki edan. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi saya senang sih bagian ini. Saya merasa saat itu, kedai adalah bagian dari saya. Ya, walaupun bukan milik saya. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kedai Agan menurut saya bukanlah sebuah tempat kerja, kedai adalah rumah kedua saya. Nggak percaya? saya pernah tidur dua kali di kedai, gara-gara nemenin benahin interior kedai, abis itu pinggang saya sakit dua minggu. Iya, saya lemah. Bagaimanapun, saya mencintai Kedai Agan dan segala isinya. Seperti melahirkan sebuah anak, saya akan memperjuangkan kedai ini untuk tetap hidup sampai buka cabang di mana mana ngalahin warung ayam geprek yang cepet banget buka cabangnya. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Saya ingin cepat-cepat merampungkan segala konsep kedai yang masih harus ada penambahan sana-sini. Saya ingin berlari ke tujuan awal saya bergabung dengan kedai ini.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Soft selling.</div>
<div style="text-align: left;">
Membuat webseries tentang kedai ini.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ah, yang penting, anak kami yang baru berusia dua bulan ini jalan lancar dulu. Memang membangun usaha tidak semudah merencanakannya. </div>
<div style="text-align: left;">
Doakan ya, agar anak kami ini si Kedai Agan jadi gede, syukur-syukur bisa beranak pinak. </div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-65645805070018494862017-03-24T22:58:00.000-07:002017-03-24T23:30:57.314-07:00Titik (Jeda yang Berakhir)<div style="text-align: center;">
<i>Kau tiupkan pengharapan</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Lalu sedetik kemudian,</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>aku,</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>serupa lilin-lilin yang menyala</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Kau biarkan aku leleh </i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>oleh pengharapan yang menghabisiku perlahan</i></div>
<i><br /></i>
<br />
<br />
Saat itu, aku menangis tepat di dadamu. Menenggelamkan segala resah di rengkuhmu. Kau tahu, pipiku basah waktu itu. Entah, rasanya aku benar-benar akan kehilangan kamu. Menatapmu, membuat aku tenggelam, di samudera tanpa dasar.<br />
Lalu aku sempat berkata, "Kamu nggak akan ninggalin aku kan?"<br />
Aku tahu, aku tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang sebenar-benarnya pada saat itu. Aku tahu, ada yang tak ingin kau katakan pada waktu itu.<br />
Jarak ternyata mampu menjadikan kamu sebagai manusia yang jauh berbeda. Kau meminta aku kembali lagi, tapi nyatanya, kembali dengan sembunyi sembunyi adalah jalan yang kau pilih, dan menjadikan aku terasing dalam duniamu. Aku tahu, aku bukan satu-satunya.<br />
<br />
Kini pelukmu bukan milikku lagi. Lenganmu milik orang lain yang sudah lama memperjuangkanmu. Entah kau mencintainya dengan cara yang sama atau tidak. Entah mencintainya dengan cara yang lebih baik atau tidak. Aku tak peduli.<br />
<br />
Lalu kini, aku berterimakasih kepada Tuhan yang mematahkan satu keburukan dalam hidup, namun dalam jemariNya, Ia menumbuhkan seribu kebaikan yang mengitariku.<br />
<br />
Mengenal kamu, membuat aku sadar, aku salah menempatkan prioritas, aku tambah bersyukur, kehilangan kamu tak lantas membuat bahagiaku berkurang. Bahagiaku masih lengkap, dan hidupku tetap baik-baik saja dengan orang-orang yang tepat.<br />
<br />
Kamu pernah menjadi tolak ukurku, tapi kini tidak dengan segala keburukanmu. Aku pandai menganalisa, aku tahu nantinya kalian akan bermuara ke mana.<br />
<br />
Semesta akan bekerja dengan caranya sendiri. Aku tahu, kau butuh bahagia, bahkan tak apa jika bahagiamu itu bisa membuat orang lain luka. Sudah berapa kali perempuan-perempuan yang kau buat kecewa, tampan?<br />
<br />
Aku pernah mencintaimu dengan cukup baik, dan menyayangimu teramat sangat. Tapi kau tidak menghargaiku dengan cukup baik, jadi, aku sadar, akan ada saatnya tiba, semesta memberiku seseorang yang tahu bagaimana mencintaiku dengan baik.<br />
<br />
Aku mengingatkanmu pada satu pepatah.<br />
<br />
Hubungan yang diawali dengan keburukan akan berakhir dengan cara yang tak jauh berbeda.<br />
<br />
Terimakasih sudah singgah meskipun tak sungguh.Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-3600566755149239782017-01-11T07:04:00.002-08:002017-01-11T07:04:37.655-08:00Saatnya Berlabuh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ33evc9aaJ9nWcG8aiVq3esVjdzX79ZZtVIvXFwDrDWzEnofdV_Q8DCwPKDvDaDOyDpLP3bMcBr8aZcZm_yHjyTgX1ccJfMJAVvEK92rGIyxHeVj3R3VZrDvJQBqy5SmMMA0_SLEbjp8/s1600/bampw-black-and-white-camera-memorie-memories-favim-com-415804_large.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ33evc9aaJ9nWcG8aiVq3esVjdzX79ZZtVIvXFwDrDWzEnofdV_Q8DCwPKDvDaDOyDpLP3bMcBr8aZcZm_yHjyTgX1ccJfMJAVvEK92rGIyxHeVj3R3VZrDvJQBqy5SmMMA0_SLEbjp8/s320/bampw-black-and-white-camera-memorie-memories-favim-com-415804_large.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Kau
tak pernah bisa memaksa seseorang untuk berhenti membencimu, sebaik apapun
sikapmu. Ia akan tetap benci. Begitupula dengan yang namanya cinta. Kau tak
bisa memaksa seseorang untuk berhenti mencintaimu, semenyebalkan apapun
sikapmu, ia akan tetap cinta.'</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Selamat
ulang tahun, Ren. </span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Reno
mengerutkan dahi ketika membaca surat di atas box ukuran 30x20 cm di depan
pintu rumahnya. Seketika sekelebat bayangan mendarat dipikirannya,
menebak-nebak siapa yang mengirim hadiah misterius tepat di hari ulang tahunnya
yang ke 24 tahun. </span></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Sambil
membuka bungkusan itu, ia berharap bahwa bukan perempuan itu lagi. Tangannya
mendadak dingin, jantungnya berdebar. </span></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Ada
satu buah buku berwarna putih, seperti novel tipis yang kurang lebih tak sampai
100 halaman. Satunya lagi adalah lukisan wajahnya di sebuah lingkaran kayu yang
cukup tebal, dan sebuah sweater berwarna abu-abu. </span></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Ia
tak menemukan tanda-tanda sang pengirim. Lalu dengan hati-hati ia ambil sebuah
novel yang sangat asing baginya. Cover halaman novel putih, dengan tulisan
hitam minimalis berjudul 'Sebuah Perjalanan</span></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Di
awal halaman tertera tulisan, </span></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">'Teruntuk,
Reno Herangga Putra'</span></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Jantungnya
seperti berhenti, ia menahan napas ketika membaca halaman berikutnya</span></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Terimakasih
telah menyempatkan waktu untuk membaca paragraf ini. Aku berharap kamu
berkenan untuk membaca paragraf berikutnya, hingga ke lembar selanjutnya sampai
ke halaman terakhir. Aku tak tahu, kamu menyukainya atau tidak.</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Tapi
sungguh, ketika buku ini sampai di tanganmu, aku tak meminta apa-apa. Aku tak
berusaha merebut duniamu kembali, aku tak berusaha mencari perhatianmu lagi.
Buku ini aku tulis atas kecintaanku pada menulis. Dan aku merasa hidup ketika
menuliskan sesuatu yang aku sukai, meski kadang melukai.</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Kamu
pernah dengar sederet kalimat ini?</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">‘ketika
kau dicintai oleh seorang penulis, kau akan abadi di setiap paragraf
tulisannya.”</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Aku
ingin mengabadikan kamu di sini, karena waktu akan berhenti, dan memori akan
tergerus hari. Sebelum semuanya terjadi, izinkan aku melukiskan semua cerita
yang sempat kita lalui. Mungkin, bila aku tak lagi bisa kau temukan, buku ini
bisa menjadi bukti bahwa ada seseorang yang begitu mencintai, tapi tidak tahu
bagaimana harus mempertahankan.</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Kamu
tidak perlu mengucapkan terimakasih, atau bertanya-tanya atas apa yang telah
aku lakukan. Kita tak lagi bersapa, tapi lewat buku ini aku ingin bersuara.</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Aku
tak perlu tahu atas perasaanmu kepadaku, karena persoalan aku masih mencintaimu
adalah urusanku. Masalah kamu mencintaiku atau tidak, aku tidak terlalu lagi
peduli. Hal terpenting adalah mengetahui kamu bahagia dan tetap baik-baik saja.</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Maaf
jika ada kisah yang terlewat, hanya sepenggal, atau terlupakan. Harusnya
kertas-kertas yang pernah memenuhi dinding kamarku tak ku berikan padamu, yang
entah mungkin sekarang tersingkirkan atau sudah tak ada lagi karena kamu buang.
Tak apa, apa yang kamu lakukan adalah wajar.</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Mungkin
aku yang sedang tak wajar.</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Di
akhir paragraf ini, aku berharap aku akan menertawakan ketololanku saat ini
ketika telah bersama pasanganku kelak. Lebih baik seperti itu, daripada kita
menangisi kebodohan kita di masa depan atas keputusan yang kini kita jalani.</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Ini
bukan mengulang masa lalu,</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Aku
hanya ingin kamu abadi</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Di
sini,</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Selamat
membaca,</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Dari
aku,</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Perempuanmu
(dulu)</span></i></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Reno
terpaku. Perempuan yang mati-matian ingin ia lupakan kembali lagi. Jika boleh
jujur, dirinya masih menyayangi Diva. Hampir dua tahun lebih ia tak pernah
menghubunginya, semua kontak, media sosial sudah tertutup untuk Diva, dan semua
usahanya sia-sia.</span></span><span style="color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Beberapa
halaman telah Reno baca, dan kini ia duduk terdiam. Pikirannya berkecamuk,
antara seperti menemukan sesuatu yang hilang, dan terjerat dengan ketiadaan.
Dadanya sesak. Lalu ia memberanikan diri untuk menghubungi Diva kembali. Sudah saatnya ia memerdekakan rindu yang ia penjarakan selama ini. Untuk apa lama-lama bersembunyi? Padahal ia tahu, Diva adalah sebenar-benarnya tempat dia berpulang.</span></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">*** </span></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: left; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Handphone Diva bergetar di atas meja kerjanya. Satu panggilan masuk. Dadanya berdebar ketika mengeja nama yang tertera di layar ponselnya. Satu senyum lebar terlukis di bibirnya. Mungkin, sudah saatnya mereka berdua bersuara,</span></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: left; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">"Halo..."</span></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">***</span></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: left; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;"><i>In the fact I'm never worry to let you go, because I know that I will always have you back.</i></span></span></div>
<div class="font9" style="line-height: 20.4pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="color15"><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #2f2e2e; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;"><br /></span></span></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-2166784365216131932016-10-26T23:48:00.001-07:002016-12-26T19:57:51.896-08:00Tetap<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMd_0FgELshHxKC_WEoJd4e_1HfLRMwBdDEHMNWsMRU4WwhdpgWLr15asGpsvOMTNzHBEdoh7i03bslMkwuTp5LPFcvU8a-fxY0P3N4fuhyphenhyphenG5y9Ra1r6YMAWlHLZOTtbTJJ6SL9OP-Gy0/s1600/tumblr_ngvqtu1q9d1rg8h69o1_500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="262" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMd_0FgELshHxKC_WEoJd4e_1HfLRMwBdDEHMNWsMRU4WwhdpgWLr15asGpsvOMTNzHBEdoh7i03bslMkwuTp5LPFcvU8a-fxY0P3N4fuhyphenhyphenG5y9Ra1r6YMAWlHLZOTtbTJJ6SL9OP-Gy0/s400/tumblr_ngvqtu1q9d1rg8h69o1_500.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Pagi ini, dingin semesta memelukku.<br />
<br />
Entah, ketika membuka mata ada kesedihan yang menyelinap.<br />
<br />
Sedihnya seperti kehilangan kamu waktu pertama kali<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Seolah aku baru menyadari tidak akan ada kamu lagi setelah ini<br />
<br />
Seperti semalam kita baru saja bertengkar hebat<br />
<br />
Seakan baru saja kemarin kamu mendiamkanku.<br />
<br />
Kenapa sesedih ini rasanya?<br />
<br />
Persis ketika aku dan kamu memutuskan untuk berpisah<br />
<br />
Ini sudah berbulan-bulan, dan kamu tetap pada ingatan.Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-52208703295178257622016-10-15T08:19:00.007-07:002016-10-15T08:30:17.120-07:00Jarak<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i>Kepada jarak yang berani melempar aku dan kamu hingga beda kota, akankah mereka
berbaik hati untuk tidak memutus kita?<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pertanyaan demi pertanyaan terus
mengusik, mereka bak supporter bola yang bersorai tanpa jeda. Seperti hujan
berderai jatuh di atap memekakan telinga. Terlalu rindu membuat semuanya serba
bias, dan janji-janji yang berusaha kau tepati nyatanya tak cukup untuk
membuatku percaya, bahwa semuanya akan baik-baik saja seperti perkataanmu stasiun
kereta. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku rindu pada bayang diriku pada
dua bola tatap matamu, rindu pada senyummu dan sederet gigi rapimu, lalu renyah
suara tawamu yang bisa ku dengar langsung dari udara masuk lorong-lorong
telinga. Bukan pada layar laptopku, yang terkadang tak menangkap sempurna garis
tegas wajahmu, atau suaramu yang terkadang hilang bersama sinyal. Waktu membuat
kita adalah dua manusia maya, tak nyata pada realita. Seolah aku hanya
berkomunikasi pada layar laptopku. Pada telepon genggamku, bukan kamu. Tanpa
itu semua, kita ini apa? <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku ingat padamu yang ku genggam
di ruang tunggu stasiun, bersamaan dengan itu aku muak dengan tiket yang kau
pegang erat di tangan kirimu. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikan
kesedihan, meski kau tetap menangkapnya. Kau melihatnya, dan kau melakukan hal
yang sebenarnya tak harus kau lakukan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kau mengecup keningku, lama.
Lama, dan waktu tetap bergulir, memburu. Seperti jeda yang dipaksakan karena
tergesa. Dan hal yang ku benci
sebenarnya adalah kau melihatku menangis. Aku menepis tanganmu yang berusaha mengusap
bulir air mataku, karena itu adalah salah satu hal yang membuatku semakin
rindu. Aku hanya ingin membiasakan diri, tanpa kamu. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Aku bakal pulang.” kamu berkata
lirih di telingaku. Dan aku, aku hanya terdiam mengatur napasku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kamu terlalu cepat pergi, tujuh
hari dalam enam bulan jauhmu belum cukup untuk meruntuhkan semua rindu. Inikah
yang disebut batas tipis antara cinta dan perpisahan? Seberapa bisa dua orang
bertahan di antara jurang dan jembatan yang entah dapat mencelakakan atau
menyelamatkan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Al, aku bersabar menungguimu, Aku
ingin peluk kau dengan sungguh, biar rindu tumpah dengan seluruh pada hujan
bulan Desember nanti. <o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tapi, berjanjilah agar engkau selalu
menjadikan aku tempatmu berpulang. Bisakah?<o:p></o:p></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-22873801959410052232016-10-06T08:20:00.002-07:002016-10-06T08:20:43.424-07:00Tercuri<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku tatap matanya, ia menunduk. Hanya
ada hening dan dingin. Hujan menjebak kami lebih lama, tetes bulirnya berjatuhan
menerpa kaca jendela kedai kopi di samping tempat aku dan dia duduk berhadapan.
Kali ini hanya ada suara musik mengalun juga teriakan-teriakan keras dalam
kepala. </div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku mengatupkan rapat mulutku, berusaha menahan segala luapan amarah
karena kebodohanku sendiri. Aku baru saja kehilangan perempuan yang teramat aku
sayangi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Seistimewa itu dia buat kamu?”
Aku kembali memecah hening, mengurai semua pertanyaan yang berputar di
kepalaku. Meski aku tak ingin ia menjawab. Aku belum siap. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dia hanya menghela napas, lalu
perlahan menatapku. Mata itu, tak pernah ada untukku lagi. Aku ingin memeluknya
sekali lagi. Sekali lalu tak pernah aku lepas bila bisa. Agar tak ada yang
mampu memilikinya selain aku. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rayna berdehem, “Udahlah, Jo.
Kamu nggak perlu tahu gimana posisi dia sekarang dalam hidup aku.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku geram oleh jawabannya, dalam
hidupnya? Sudah terlalu dalamkah laki-laki pencuri itu masuk dalam dunia Rayna?
Atau aku yang terlalu bodoh menyia-nyiakan Rayna lalu tak sadar ada pencuri yang
siap menangkap Rayna ketika kami lengah? <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Aku berhak tau, Na.” aku
berusaha tenang. Menyembunyikan segala kekecewaanku.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Cukup, Jo. Kita udah selesai.
Dan kamu nggak perlu tahu apa-apa tentang aku dan Gerry.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku menggebrak meja, amarahku
tumpah. Kewarasanku terbakar cemburu. “Aku
perlu tahu di tangan siapa kamu sekarang ! apa keputusan kamu nggak mau balik
sama aku tepat atau malah salah ! Aku berhak tahu siapa laki-laki yang kamu
bilang buat kamu lebih bahagia, Na !” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Napasku naik-turun. Sekali lagi,
aku membodohkan diriku sendiri. Aku lepas kendali. Semua mata tertuju pada
kami. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Asal kamu tahu Jo, Gerry nggak
pernah bentak aku di depan umum, dia menghargai aku dan waktuku, dia bisa
membimbing aku di saat aku nggak tahu harus ke mana. Dia lebih selalu ada buat
aku dibanding kamu yang anggep temen-temen kamu penting dari aku, dia lebih….”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Cukup !” Telingaku panas mendengarnya,
aku tak sanggup lagi. Pantaskah aku memohon Rayna untuk kembali kepadaku dengan
janji-janji yang selalu aku ingkari?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Derasnya hujan menjadi
titik-titik kecil di luar sana, tapi petir menyambar-nyambar tepat di
jantungku. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Kasih aku kesempatan sekali
lagi, Na…”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rayna terdiam, ia sudah tak di
sana sejak pertama kali aku menyapanya dua jam yang lalu. Ia menggeleng, lalu
beranjak pergi, meninggalkanku. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i>Joshua, why are you so stupid?!</i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku tak menyangka, ku pikir
kembali di tempat ini akan menjadi tempat yang begitu hangat dan menyenangkan. Kedai
kopi yang pernah menjadi saksi, tempat aku dan dia jatuh cinta pertama kali dan
berbagi cangkir-cangkir tawa berkali-kali, malah menjadi tempat di mana aku
kehilangan dia dan melihatnya pergi.</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-25051789392496900972016-09-28T11:19:00.002-07:002016-09-28T11:19:22.765-07:00Moving on<br />
<div style="text-align: center;">
<i><span style="background-color: white; font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-transform: lowercase;">Sometime in the future, maybe we can get together</span></i></div>
<div style="font-style: italic; text-align: center;">
<i><span style="background-color: white; font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-transform: lowercase;">maybe share a drink and talk a while</span></i></div>
<span style="background-color: white; font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; font-style: italic; text-transform: lowercase;"><div style="text-align: center;">
<i style="background-color: transparent;">and reminisce about the days when we were still together</i></div>
</span><span style="background-color: white; text-transform: lowercase;"><div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; font-style: italic; text-align: center;">
<i style="background-color: transparent;">maybe someday further down the line</i></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; font-style: italic; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; font-style: italic; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Lagu moving on mengalun berkali-kali lewat laptop Dira. lagu orang paling patah hati yang berusaha mati-matian merelakan. ia sedang merapikan file-file di laptopnya, tapi tiba-tiba jarinya berhenti. Matanya memanas. ia berhenti di satu folder dengan ratusan foto dirinya dan laki-laki itu. Perjalanan, perayaan, dan kejutan-kejutan sederhana. dua tahun kebersamaan yang menyenangkan. </div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Ia melihat satu foto, di mana Randy sedang tertawa lepas mempelihatkan sederatan gigi rapinya, dan mata sipitnya yang memejam. dira ingat saat itu, ketika ia dikerjai habis-habisan hingga menangis di kamar sendirian, lalu Randy datang membawa sebucket bunga mawar, lengkap dengan balon warna-warni juga kue cokelat ulang tahun. </div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<i>Selamat ulang tahun, Dira Sayang !! </i></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<i><br /></i></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Dulu ia dipeluk erat sebelum kini memeluk ketiadaan. Kenapa bisa sejauh ini sekarang?</div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Ia geser lagi satu demi satu foto, ia perhatikan setiap inchi wajah laki-laki yang tak bisa ia rengkuh semaunya lagi. Dulu, dalam hening Dira senang memerhatikan Randy yang memejam, mengelus kedua alisnya yang memanjang, lalu mengecup keningnya. </div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
tanpa kehadiran laki-laki itu sekarang, dira masih hapal setiap lekuk wajah dan aroma parfum Randy. Pandangannya tiba-tiba buram, satu demi satu bulir matanya jatuh.</div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Waktu berjalan, dan menjadikan mereka berdua orang asing. </div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Tinggal satu kali klik, untuk menghapus semua ratusan foto itu. </div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Delete? </div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Cancel?</div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Dira menimbang cukup lama. </div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
Lalu ia memberanikan diri untuk membiarkan foto itu tersimpan rapi di laptopnya yang satu hari nanti mungkin bisa ia tertawakan bersama. </div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<div style="text-align: center;">
<i>and i will meet you there</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>sometime in the future we can share our stories</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>when we won’t care</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>about all of our mistakes, our failures and our glories</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>but until that day comes along</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>i’ll keep on moving on</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>i’ll keep on moving on</i></div>
</div>
<div style="font-family: arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: left;">
<br /></div>
</span>Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-42341948628406023172016-09-27T11:47:00.003-07:002016-09-27T12:04:49.304-07:00Masih<div style="text-align: justify;">
<i>Dia yang menggantikanmu bukan berarti dia lebih baik dari kamu, mungkin saja dia lebih pantas.</i><br />
<i></i><br />
<a name='more'></a><i><br /></i>
<i>-----</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Dira merebahkan tubuhnya di kasur dengan mata yang memejam. Hujan semakin menderas di luar apartemennya, tapi pikirannya lebih riuh dari suara gemericik hujan lewat jendela kamar. Sementara, sahabatnya, Tere, masih memandang Dira sambil geleng-geleng kepala,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Wajarlah kalau Randy udah deket sama cewek lain. Lagipula, kalian putus itu udah 4 bulan. Cukup untuk bersedih. Mungkin saatnya move on Dir."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dira menghela napas, lalu membuka matanya perlahan. Suaranya tiba-tiba serak, "I can't. Aku belum siap Randy sayang sama orang lain selain aku"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dir, <i>come on.</i> Karena kamu nggak mau nyoba."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Re, aku hidup pada pada satu kenyataan di mana aku masih percaya dia masih sayang sama aku. Dan suatu hari nanti, aku sama dia akan utuh lagi." Suaranya makin parau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hujan makin menderas, pipi Dira basah. Ada hening yang cukup panjang diantara mereka. Kepercayaan tak pernah bisa dipaksa, meski realita yang ia lihat berbeda. Lalu Dira menyangkal bahwa perempuan yang bersama Randy malam itu adalah sebuah pelarian. Randy tetap miliknya, Randy masih dalam bagian hidupnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi kali ini, entah apalagi yang bisa menguatkan Dira untuk bertahan pada keyakinannya selain pada intuisi yang ia punya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"He still part of my life, Re. Dia serius sama aku, dia bilang sama aku kalau aku adalah masa depannya." Dira melanjutkan kata-katanya. Meski ia tahu, sahabatnya itu sudah muak dengan ceritanya yang putus-nyambung berkali-kali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Lalu? Di mana dia sekarang? Di pelukan perempuan lain? Dira, kamu harus sadar, itu dulu. Semua orang berubah. Umur kamu masih panjang untuk lihat laki-laki selain Randy. " suara Tere meninggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Cukup Ra, cukup kamu yang berkali-kali berjuang untuk memperbaiki semuanya. Dia terlalu amgkuh untuk kamu pertahankan."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tere mengemasi barang-barangnya ke dalam tas, lalu meninggalkan sahabatnya yang meringkuk di bawah selimut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak usah dinasehati, Dira tahu itu, tapi ia tak mau. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Empat bulan yang sia sia. Jika Dira mau, mungkin ia sudah ada digenggaman laki laki lain seminggu setelah hubungannya dengan Randy kandas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin ia sudah jalan-jalan ke banyak kota dan berbahagia dengan laki-laki yang ia tolak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Perempuan paling bodoh mana lagi selain menolak ajakan laki laki tampan, baik hati dan menawarkan kebahagiaan?," Pikirnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dira membodoh-bodohkan dirinya. Kenapa ia terjebak pada janji laki laki yang meninggalkannya pergi, lalu berusaha ia tepati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
-----------</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin kebodohan yang paling absolut adalah sebuah kesetiaan pada orang yang telah menanggalkan janji. </div>
<div>
<br /></div>
</div>
Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-15729409925348271632016-09-21T08:27:00.001-07:002016-09-21T08:29:10.971-07:00Sebuah Pelarian<i>Beberapa hal memang terlihat membahagiakan dan begitu menyenangkan, tapi sadarkah semua itu adalah bagian dari sebuah pelarian?</i><br />
<i><br /></i>
<i></i><br />
<a name='more'></a><br />
---<br />
<br />
Dentuman-dentuman musik EDM masih memenuhi ruangan karaoke yang ia sewa dari dua jam yang lalu. Setelah berjoget lalu bernyanyi dua jam non stop, Dira menghempaskan tubuhnya di atas sofa, lalu menenggak satu botol air mineral sampai tandas, kerongkongannya kering setelah meminum beberapa gelas bir yang sengaja ia pesan demi memenuhi permintaan teman-temannya.<br />
<br />
"Ra ! Udah capek?"<br />
<br />
Dira hanya mengangguk pelan dan menyunggingkan senyumnya. Kepalanya sedikit pusing, dia benar-benar tak pernah melakukan hal segila ini sebelumnya. Karaoke empat jam, lalu mengiyakan teman-temannya yang memesan berbotol-botol bir. Ia tak pernah menyangka, perayaan ulang tahun ke 22 nya, berakhir dengan malam penuh asap rokok juga dentingan gelas bir yang diiringi musik EDM yang tak pernah jadi favoritnya.<br />
<br />
Dira sedang hilang arah. Dira hanya ingin, suara bising dalam kepala yang muncul setiap malam hilang dikalahkan dengan ramainya dentuman musik yang sedang diputar dalam ruangan yang ia sewa saat ini.<br />
<br />
Entah sudah berapa bulan ia begini, ia tak pernah ada di apartemennya setiap malam, kecuali jika sudah larut. Ia habiskan waktu malamnya untuk di luar, berkeliling pusat perbelanjaan lalu membeli barang-barang yang tak perlu, atau nongkrong di kafe berjam-jam bersama teman-temannya. Alhasil, tagihan kartu kredit membengkak, dan ia tak ambil pusing dengan omelan orang tuanya.<br />
<br />
Ia ingin bahagia,<br />
<br />
Lewat ramainya jalanan ibu kota, berisiknya orang-orang bercengkrama di kafe saat malam tiba, hingga bisingnya tempat karaoke yang saat ini ia sewa.<br />
<br />
Entah sudah berapa uang yang ia buang. Entah sudah berapa kali ia keluar masuk tempat karaoke. Ya, setidaknya ia tak mencoba <i>club</i> malam lalu menyewa<i> table</i> lalu mabuk di sana. Nyalinya tak senekat itu.<br />
<br />
Dira sedang berlari, jika dihitung sudah genap seratus dua puluh hari ia berlari menghindari sepi. Melewati malam agar tak terasa sunyi. Meski ia tak bisa menyangkal, diujung sadar sebelum matanya terpejam, laki-laki itu selalu datang lagi.<br />
------<br />
<br />
Salah bila ada yang bilang, orang patah hati adalah orang yang suka menyendiri. Tengok tirai temanmu yang suka ber<i>haha-hihi</i> denganmu, mungkin ia yang malah sedang tak tahu lagi ke mana harus berlari dan menyembunyikan diri.<br />
<br />
Salah bila ada yang menilai, orang yang paling bersedih adalah orang yang menarik diri dari sibuknya pekerjaan dunia. Coba lihat sekeliling, teman tersibuk hingga kau maki karena tak ada waktu untuk dirinya sendiri. Mungkin ia sedang patah hati.<br />
<br />
Tapi sebenarnya, semua bentuk usaha melupakan adalah hal yang paling sia-sia.<br />
Diantara cinta, dan kita.Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7119866914764638513.post-38430098901793633792016-08-14T03:25:00.002-07:002016-12-02T07:44:03.131-08:00Masih KauMenurutmu, mana yang lebih pahit? Kopi tanpa gula atau secangkir kenangan? Mungkin pahitnya kopi tak sampai menyesakkan dadamu, hanya lidahmu yang merasakan getir tapi hatimu tidak.<br />
<br />
Ini sudah satu tahun, dan kamu belum bisa lepas dari segala ingatan yang bersarang di setiap sel otakku.<br />
Entah jika dijadikan sebuah buku, sudah berapa seri yang aku ciptakan tenang perdebatan sengit antara aku dan diriku, merelakanmu atau tetap mengenangmu. Bahkan sampai saat ini, perdebatan itu belum usai dalam kepalaku.<br />
Aku sedang berusaha membiasakan diri tanpa kamu. Tanpa adanya kita.<br />
<br />
Tapi ke manapun aku pergi, yang aku lihat adalah kamu. Siapapun menjelma sebagai kamu di mataku. Di jalanan sepi, kursi kosong dalam bioskop, di depan pintu kamarku, dalam lorong kampus. Kamu di mana mana atau aku yang terlalu buta, yang tak bisa melihat siapapun selain kamu. Aku bisa merasakan kamu tanpa perlu kehadiranmu.<br />
<br />
Aku terus mencoba, Ken. Beberapa kali aku berkencan dengan laki laki lain, yang aku rasakan hanyalah kehadiranmu. Yang aku tatap tetap matamu dengan dua alis yang memanjang sempurna.<br />
<br />
Bahkan film bioskop penuh adegan perkelahian kalah dengan bayangmu yang seseskali berkelebat mencuri perhatian. Dan yang kutemukan hanyalah bahu laki laki lain di sampingku, bukan kamu.<br />
<br />
Harusnya kamu tak percaya padaku waktu itu, aku banyak berbohong tentang kita. Tentang aku yang menyuruhmu untuk mengakhiri segalanya. Aku yang seolah memaksamu untuk berhenti mencintaiku.<br />
<br />
Kamu terdiam waktu itu. Lalu perlahan mundur dan berbalik badan tanpa mengucapkan selamat tinggal.<br />
<br />
Kamu <i>block</i> semua akun sosial mediaku, dan entah apa yang tersisa tentang aku di otakmu. Atau bahkan mungkin tidak ada.<br />
<br />
Hari ini, hari lahirmu. Dan aku belum mengucapkan apa apa untukmu, tapi sudah ku layangkan doaku kepada Tuhan, agar kau selalu baik baik saja. Karena jika kau bersedih, pelukku bukan milikmu lagi, maka aku harap kamu tetap menjadi hamba yang paling taat agar kebahagiaan dapat memelukmu lebih lama.<br />
<br />
Aku tidak tahu harus menghubungimu<br />
lewat mana. Mustahil jika tiba tiba aku menelfonmu.<br />
Mungkin harusnya aku tak perlu terlalu begini, kamu pun tak hadir dalam sebuah ucapan pada ulang tahunku yang ke 20.<br />
<br />
Ken, siapa yang mengucapkan selamat pada usiamu yang genap 25 tahun ini? Sudah adakah yang menyiapkan kejutan seperti aku dulu?<br />
Sudah adakah yang menghias kamarmu penuh dengan balon dan lampu lampu?<br />
Sudah adakah roti beserta lilin yang kamu tiup lalu kau potong?<br />
Sudah adakah yang menyiapkanmu sebuah makan malam dengan dua balon terikat di masing masing kursi?<br />
Sudah adakah seseorang yang mengecup keningmu?<br />
<br />
Maaf.<br />
Aku rasa aku tak perlu menanyaimu sejauh itu, yang aku mau, kamu akan terus baik-baik saja tanpa aku.<br />
Ken, selamat ulang tahun.<br />
<br />Vanilla lattehttp://www.blogger.com/profile/05602608664573361841noreply@blogger.com0