Senin, 02 Februari 2015

Dari Gadis Seberang Pulau

Ini adalah surat balasan #30harimenulissuratcinta dua hari yang lalu. "Teruntuk Gadis di Sebrang Pulau"

***


Hai devy..

Layaknya sebuah surat, kau pasti mengharapkan sebuah balasan. Aku tak pandai merangkai kata yang indah untuk membalas suratmu yang berharga itu. Surat yang kau kirimkan melalui seorang tukang pos online. Terima kasih kuucapkan, terima kasih kau menyempatkan untuk menulis surat yang indah itu. Akupun rindu, rindu dengan semua rutinitas kita. 

Sudah hampir tiga minggu lamanya kita tidak berjumpa. Tidak bertatap muka. Rindu rasanya setiap hari menghabiskan waktu bersama. Mulai dari pagi hingga petang bahkan malam. Mulai dari candaan hingga tangisan. Mulai dari bahagia hingga keluhan. Selalu, selalu ada kau terselip diantaranya.  

Devy, aku sadar kamarku tak seluas kamar temanmu yang lain. Tapi kamarku sempat menjadi saksi bisu perjuangan kita. Perjuangan disaat kita mendapatkan sebuah pemberitahuan “si blabla menyukai foto anda”. Perjuangan disaat kita menerima chat “oke semangat ya dev/wid”. Perjuangan dimana kita mulai mengagumi mereka.

Devy, aku sadar seringkali merepotkanmu. Mengganggu waktu luangmu hanya untuk mengajakku berkeliling daerah kampus dengan harapan dapat bertemu dengannya. Menghabiskan tenagamu hanya untuk menjemputku ke kampus. Bahkan tak jarang uang tabunganmu habis hanya karena aku ajak berbelanja. 

Devy, kau tau? Aku tak pernah menyangka kita dapat bersatu. Dengan latar belakang yang berbeda. Dengan selera pakaian yang hampir tak sama. Dengan kriteria lelaki yang berbeda. Dengan kisah cinta yang nyaris sama, hingga tanggal lahir kita yang persis sama. Iya 11 September 1996. 

Devy, mungkin mereka terlahir begitu sempurna bagi kita. Sehingga nyaris tak pernah berhenti kita mengagumi mereka. Tak pernah berhenti bibir ini berdecak kagum melihat mereka. Tapi, apalah daya tangan tak sampai. 

Berjam-jam kita habiskan untuk melihat akun sosial media mereka. Berhari-hari kita bermimpi agar dapat dilirik oleh mereka. Bahkan berminggu-minggu kita habiskan untuk menunggu sebuah sapaan atau sebuah pertemuan. Tapi, nyaris tak ada satupun hasil yang terlihat. 

Kadang, seringkali kita saling menasehati satu sama lain. Menyuruh berhenti mengagumi dan berharap. Meninggalkan dan mulai membuka untuk yang lain. Tapi, itulah cinta. Logika dan amarah tak pernah mengalahkannya. 

Devy, aku tau. Tak mudah bagi kita untuk melupakan, meninggalkan, melepaskan dan membiasakan diri seperti sedia kala. Tapi, tak ada salahnya jikalau kita mencoba. Mencoba untuk pergi sejauh mungkin dari mereka. 

Dalam surat ini, aku hanya ingin mengatakan. Dev, terkadang cinta tak pernah salah namun logika lebih benar darinya meskipun pada akhirnya cinta yang menguasai semuanya.  

Terima kasih Devy, terima kasih. Maaf surat ini tak seindah suratmu. Percayalah keindahan tak selamanya dilihat dari fisiknya namun isi berhak berada dalam keindahan.



Wida.




Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML