Jumat, 28 Februari 2014

Ini Kamu, tapi Bukan Rindu

http://weheartit.com/Eqvilibrium

Kepada malam yang berarakan sunyi, dosakah saya mengingat kamu?

Ini sudah hampir larut malam. Dan saya yakin kamu masih terjaga di sebrang sana. Entah menghabiskan waktu di sebuah kedai kopi dengan teman-teman kamu, merokok di beranda rumah hanya untuk melepas penat, atau mungkin kamu sedang sibuk mengurusi distro yang baru kamu dirikan beberapa bulan, atau malah mungkin kamu sedang berada di balik kemudi menuju luar kota, Bandung misalnya? Benarkah dugaan saya? Maaf jika saya menjelma menjadi nona sok tahu yang menyebalkan, saya hanya menduga lewat kebiasaanmu, dulu.

Ah, ini sudah hampir lewat setahun ya? dulu, pada tengah malam begini kita tengah asik terjaga bukan? membicarakan mengenai apa saja, berdua tentunya. Meskipun bukan sepenuhnya tentang saya. Karena selalu ada dia, perempuan yang kamu sayangi yang selalu kamu selipkan di antara perbincangan kita. Dan saya, sama sekali tidak merasa keberatan. Karena saya sudah berjanji pada diri saya, untuk menerima cerita apapun, asalkan itu dari kamu.

Saya ingat betul malam itu, kamu memetik gitarmu dari sebrang, lalu saya menantangmu untuk menyanyikan yellow-coldplay dan pada detik itu juga kamu menganggupinya sementara saya masih asik menertawakan kamu. Dan dengan bodohnya, kamu menghabiskan pulsamu sendiri karena kamu tak menyadari sudah menyanyikan 8 lagu untuk saya. Saya berbalik menelpon kamu, sembari menertawakan suaramu. Walaupun sampai sekarang kamu tidak tahu dan tidak akan pernah tahu, kamu telah mengacaukan sistem pernapasan saya waktu itu. 

Kamu bukan laki-laki yang ingin saya temui, bukan laki-laki yang pernah saya impikan. Kamu bukan laki-laki yang mempunyai alis tebal, mata teduh, senyum serta deretan gigi rapi yang memesona, tapi lewat kesederhanaan, kejujuran, dan ke-apa-adanya kamu yang seringkali membuat saya tersenyum, kamu telah berhasil membuat saya menganggumi sosok kamu. 

Kamu ingat? kita adalah potongan yang hilang karena ditinggalkan masa lalu yang sebelumnya pernah kita genggam erat. Dan kita dibiarkan tersesat olehnya. Hinga pada akhirnya pada sebuah persimpangan kita tak sengaja bertemu. Mungkin kepulanganmu dari Bandung adalah bagian dari rencana-Nya. Apakah pernah terlintas di pikiranmu tentang hal itu? Jika tidak, tak apa. Saya mengerti. Lagipula, jalan di persimpangan yang kita pilih terlalu dekat untuk menuju persimpangan selanjutnya, yang mengembalikan kamu pada kebahagiaanmu, dan saya pada kebahagiaan saya. Meskipun umur kebahagiaan saya tak sepanjang milikmu. Saya memilih berbalik arah, menuju pada persimpangan sebelumnya, berharap kamu masih di sana, namun kenyataannya tidak. Kamu masih terus berjalan dengan dirinya. Tak ada yang perlu disesalkan, tak ada yang perlu dimaafkan. Saya merasa lebih baik pada keputusan saya waktu itu.

Saya berterimakasih untuk semua yang telah kamu beri. Meski saya yakin, kamu tidak pernah merasa memberi apapun terhadap saya, karena kamu berpikir, saya yang selalu meluangkan waktu untuk kamu. Tapi, pada kenyataannya tidak seperti itu, saya berterimakasih kepada Tuhan dan semesta yang mengizinkan saya untuk mengenal laki-laki seperti kamu.Sebegitu sederhana kebahagiaan saya ketika mengenal kamu. Laki-laki sederahana yang berjiwa begitu besar.

Tidak, jangan khwatir. Kali ini saya menuliskan semuanya tanpa menyelipkan rindu di dalamnya. Ini kabar baiknya, saya tidak merindukan kamu lagi seperti yang sudah-sudah. Waktu melepaskan semuanya perlahan.Mengikisnya hingga hilang, walaupun tidak pada cerita-cerita dan ucapan sederhanamu yang masih saya simpan. Tapi percayalah, saya berani bersumpah, hati saya tidak lagi berisikan kamu sepenuhnya, seutuhnya. Kita adalah cerita pada potongan kenangan yang terpenggal waktu, dan ketika saya mengingatnya, saya hanya bisa menahan senyum teringat kebodohan apa saja yang telah kita buat dulu.

Bagi saya masa lalu itu bagian dari hidup yang seharusnya disimpan, meski tak perlu seutuhnya. Karena, jika tidak ada masa lalu, kemanakah kita akan mengenang? Bukankah begitu? bagaimana dengan kamu?

Oiya, bagaimana dengan perempuanmu yang begitu kamu cintai itu? Masihkah kamu bersabar untuk mengahadapi dirinya ketika sedang pms? hahaha. Masihkah kamu memberinya kejutan kecil meski dirinya tak pernah menganggap kamu sebagai laki-laki yang romantis? Sampai kini pun saya masih tertawa membayangkan ceritamu dulu. Saya harap rasa cintamu masih sebesar dulu, ya. 
Jika suatu saat nanti, kalian akan memutuskan untuk menikah, saya akan mendoakan kalian dari sini. Sungguh. Saya ikut bahagia, jika kamu bahagia. Kamu tidak perlu meragukan itu.Virgo selalu mempunyai caranya sendiri untuk berbahagia meskipun kedengarannya itu menyakitkan.

Yasudah, saya tidur dulu. Dan sebelumnya, terimakasih untuk semua tawa dan cerita yang pernah kamu berikan mengisi hari saya. Dan maafkan saya, jika waktu itu saya menolak untuk menemui kamu pada tempat yang sudah kamu bilang. Maafkan saya, ketika saya memilih pergi dan menghindar. Mungkin suatu saat nanti, pada waktu dan tempat yang tepat kita berdua bisa berbincang lagi. Mengenai hal yang baru, atau yang telah lalu. Menikmati kopi pada cangkir kita masing-masing sembari menertawakan kebodohan kita bersama. Mungkin.

Untuk kamu, a man who I never met. 

Semarang, 28 Februari 2014




Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML