Semua berawal dari sebuah taman di sebuah kota tua. Kota
yang hampir mati karena ditinggalkan oleh para penghuninya. Orang-orang menyebutnya kota lama. Ya, aku tak sengaja
melihatnya di sana. Pandanganku berhenti tepat di tempatnya berada. Ia duduk di
tengah taman dan dikelilingi oleh anak laki-laki berusia 8tahunan sambil
menguarai tawanya. Tawa mereka menyeruak seisi taman. Memberikan atmosfir yang
berbeda untukku.
Aku tak
tahu harus menyebutnya apa. Tanganku tak bisa berhenti membidik ekspresi
tawanya lewat lensa kamera SLRku. Senyumku selalu mengembang tanpa aku sadari
ketika melihat hasil bidikanku kumpulan ekspresinya di layar kameraku. Mungkin
sebagian memoriku penuh dengan wajahnya dan bocah-bocah di sekitarnya. Mereka
selalu menghiburku. Dan dirinya sukses membuat aku penasaran dan selalu ingin
menemuinya secara nyata.
Sejak
saat itu, aku rutin mengunjungi taman itu setiap hari Minggu. Hanya untuk
melihat aktivitasnya bersama anak-anak itu. Aku tak terlalu mengerti apa yang
diajarkannya. Yang paling penting saat ini adalah, aku dapat melihatnya lagi.
Melihat senyumnya lagi, dapat mendengar sayup-sayup tawa mereka dari tempatku
mengamatinya.
***
Tangannya
mengudara, lalu ia beridiri. Sesekali ia bertepuk tangan sembari tertawa
menunjukkan deretan giginya yang rapi. Dan sesekali ia membetulkan letak
kacamatanya yang turun karena banyak tertawa. Aku tersenyum, memandangi hasil
bidikanku tadi pagi yang baru saja aku pindahkan di laptop.
Aku tak
habis bosan memandangi wajahnya, menikmati senyumnya di layar laptopku.
Suaranya masih terekam jelas di gendang telingaku, dan semuanya menggelitik
aku. Ada satu foto yang menjadi favorit aku, ketika ia menampilkan ekspresi
idotnya. Menjulurkan lidahnya lalu menjulingkan matanya.
“Lucu!” Aku bergumam sendiri, sambil memandangi
fotonya yang kini menjadi walpaper laptopku. Aneh? Ya mungkin semua akan
berpikir aku adalah psikopat, mengaggumi seseorang yang baru aku lihat sehari,
karena jatuh cinta pada suara tawanya. Ah masa bodoh! Aku menyukainya.
***
Untuk
kesekian kalinya aku mengunjungi taman itu. Aku tak mendapati dirinya lagi di
sana. Ya, dua kali aku ke sana tak ada sosoknya. Aku benar-benar menyerah.
Karena aku tak pernah mendapatkan hasil perkenalan yang nyata selain
mengabadikan wajahnya di kameraku. Aku tak ingin menggenggam angin. Aku tahu,
aku sadar. Aku hanya membuang waktu ku hanya untuk mengamatinya dari jauh.
***
Aku
telah melupakannya. Hampir melupakan dirinya yang sempat aku rindukan beberapa
minggu. Aku sudah tenggelam dalam semua aktivitasku yang memakan sebagian besar
waktu luangku. Sampai pada akhirnya beberapa bulan kemudian, aku kembali
menginjakkan kaki di taman itu. Bukan untuk mengamati atau mencari dirinya. Ada
project yang harus aku kerjakan di sana.
“Maaf, ganggu
sebentar. Bisa fotoin kami di sana?”
Aku memalingkan wajahku ke arah suara di belakangku. Seorang laki-laki berkacamata full frame menunjuk kamera polaroitnya yang sedang ia genggam. Aku mengikuti arah pandangnya yang menunjuk kumpulan bocah laki-laki yang kelihatannya sedang menunggu persetujuanku.
Aku memalingkan wajahku ke arah suara di belakangku. Seorang laki-laki berkacamata full frame menunjuk kamera polaroitnya yang sedang ia genggam. Aku mengikuti arah pandangnya yang menunjuk kumpulan bocah laki-laki yang kelihatannya sedang menunggu persetujuanku.
Aku
menyipitkan mataku. Memastikan bahwa aku tak salah melihat. Astaga! dia! Dia
laki-laki yang dulu selalu aku curi ekspresi wajahnya, laki-laki yang pernah
memenuhi memori eksternalku, laki-laki yang membuatku berharap dapat
mempercepat akhir pekan setiap awal pekan di mulai. Laki-laki yang selalu aku
tunggu kehadirannya di taman ini. Laki-laki yang sempat membuatku menjadi
perempuan tolol dan dungu karena selalu mengunjungi taman ini sendirian.
“Gimana?
Bisa?” Dia tersenyum padaku. Lalu aku mengangguk.
Ada keyakinan yang selama ini aku genggam. Dan itu terjadi detik ini. Karena di dalam kehidupan, Tuhan selalu mempunyai caranya sendiri untuk mengenalkan seseorang dalam kehidupan kita tanpa kita duga.
"Tuhan selalu mempunyai caranya sendiri untuk mengenalkan seseorang dalam kehidupan kita tanpa kita duga" yaaak betul setuju!
BalasHapus:) selalu seperti itu kan? hahahaha :D
Hapus