Rabu, 30 Agustus 2017

Berhenti

Kau tahu Anya dan Ale dalam novel Critical Eleven yang telah difilmkan? Mereka mengibaratkan hubungan mereka adalah sebuah jembatan yang dibakar. Tak ada pilihan untuk kembali, mereka harus berlari ke depan. Bersama. Tapi sebaliknya, aku dan kamu, membakar kita. Tak menyisakan apa-apa selain debu kenangan yang kadang mampir disela ingatan.

Ku ingat suaramu diujung telepon,

"Sekarang aku lebih sayang sama diri aku sendiri, lebih cinta sama dunia aku sendiri, daripada kamu."

Duniaku berhenti berputar detik itu. Napasku berhenti sejenak, mencerna kata-kata yang baru ku dengar dari seberang. Perlu kamu tahu, kamu telah membakar aku hidup hidup waktu itu.

Ku relakan semuanya, ku ampuni dengan segala pemakluman keadaan. Ku bangkitkan diriku kembali sendiri.
Aku ingin meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa kau begitu hanya sementara.

Pura-pura ku minta satu kotak martabak untuk mencairkan suasana. Ingat? Pikirku,aku akan punya setidaknya satu malam panjang bersamamu sebelum kita tak punya waktu lagi.

Kau datang begitu terlambat. Ku luangkan waktuku dengan segala kesibukan yang menyekapku waktu itu, tapi kau, waktu, dan satu kotak martabakmu tidak hadir di waktu yang tepat.

Aku bisa apa.

Tidak, aku tidak menuntutmu apa-apa.
Aku tidak menyalahkanmu.
Aku telah berdamai pada masa itu.
Aku mengenangmu dengan damai,
tak menyelipkan apa-apa
karena semua sudah berhenti.





Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML